Menurut Anda, Bill Gates yang terkenal itu memiliki sebuah impian yang ditulisnya untuk menjadi orang terkaya di dunia? Menurut Anda, apakah Bill Gates memiliki impian bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi raja piranti lunak yang berada di bawah naungan Microsoft?
Ijinkan saya menceritakan kepada Anda, bagaimana Bill Gates memulai suatu momen bersejarah, dimana pada momen itulah kerajaan Microsoft mulai menanjak naik secara drastis. Bill Gates dikala itu adalah seorang pemuda yang bersahabat dengan Paul Allen. Mereka berdua senang sekali menggeluti dunia komputer dan piranti lunak. Satu hal yang mereka sadari bahwa komputer di masa itu belum memiliki bahasa program. Dan pasti Anda sudah tahu, ketika sebuah komputer belum memiliki bahasa program, maka komputer itu hanya merupakan seonggok timah yang bisa menyala saja, tidak dapat dioperasikan.
Hingga suatu ketika, ia bersama dengan Paul Allen datang ke kantor IBM, dan menawarkan bahasa program bagi komputer-komputer rakitan IBM. Menariknya, Bill Gates yang berbicara kala itu memberikan sebuah pernyataan menarik, “Kami punya jawaban atas masalah Anda. Kami mempunyai bahasa program bagi komputer Anda, dan kami patenkan yang diberi nama dengan DOS”. Di sinilah momentum bersejarah itu terjadi. Mereka bahkan tidak ... baca selengkapnya di What?s Your Passion? Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu
Dalam Website resmi Taqwim Ummul Quro, kalender hijriyyah resmi yang digunakan di Arab Saudi, disebutkan bahwa arti nama-nama bulan hijriyyah sebagai berikut:
1. Muharrom (محرم الحرام)
Ini adalah bulan pertama dalam kelender Islam, dan Muharram termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan Muharram karena orang Arab mengharamkan berperang di bulan ini.
2. Shofar (ﺻﻔﺮ)
Dinamakan dengan Shofar karena perkampungan Arab Shifr (kosng) dari penduduk, karena mereka keluar untuk perang. Ada yang mengatakan bahwa dinamakan dengan Shofar karena dulunya bangsa Arab memerangi berbagai kabilah sehingga kabilah yang mereka perangi menjadi Shifr (kosong) dari harta benda.
3. Robi’ul Awwal (ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ)
Dinamakan demikian karena saat penamaan bulan ini bertepatan dengan musim semi.
Dinamakan demikian karena bangsa Arab saat itu menggembalakan hewan ternak mereka pada rerumputan. Dan ada yang mengatakan bahwa dinamakan demikian karena bulan ini bertepatan dengan musim semi.
5. Jumadil Ula (جمادى الأولى)
Sebelum masa Islam dinamakan jumadi khomsah. Dinamakan Jumada karena saat penamaan bulan ini jatuh pada musim dingin, dimana air jumud (membeku)
Sebelum masa Islam dinamakan jumadi sittah. Dinamakan demikian karena saat penamaan bulan ini jatuh pada musim dingin juga
7. Rojab (ﺭﺟﺐ)
Rajab termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan bulan Rojab karena bangsa Arab melepaskan tombak dari besi tajamnya untuk menahan diri dari peperangan. Dikatakan: Rojab adalah menahan diri dari peperangan.
8. Sya’ban (ﺷﻌﺒاﻦ)
Dinamakan demikian karena bangsa Arab saat itu berpencar ke berbagai tempat untuk mencari air.
9. Romadhon (ﺭﻣﻀاﻦ)
Ini adalah bulan puasa bagi umat Islam. Dinamakan demikian karena panas ramdh mencapai puncaknya dan saat penamaan jatuh pada musim panas.Dimana periode ini disebut panas yang parah.
10. Syawwal (ﺷﻮﺍﻝ)
Di bulan inilah saat Idul Fitri. Dinamakan demikian karena saat itu unta betina kekurangan air susu.
11. Dzulqo’dah (ﺫﻭ ﺍﻟﻘﻌﺪة)
Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan demikian karena bangsa Arab duduk dan tidak berangkat untuk perang, karena bulan ini termasuk bulan haram yang tidak boleh perang.
12. Dzulhijjah (ﺫﻭ ﺍﻟﺤﺠة)
Di dalamnya terdapat musim haji dan Idul Adha. Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan demikian karena bangsa Arab melaksanakan ibadah haji di bulan ini.
Agama Islam memberikan peluang ibadah dalam setiap hal untuk umatnya lakukan, termasuk melantunkan sholawat atas Nabi Muhammad SAW. Hal itu menjadi setiap iringan dalam hembusan nafas yang akan kita lakukan. Sholawat dapat dilakukan dengan mengutarkannya atau cukup membacanya di dalam hati.
Bersholawat artinya, jika datang dari Allah berarti pemberian rahmat, dari malaikat berarti memintakan ampunan, dan jika dari orang-orang mukmin, artinya berdoa supaya diberi rahmat.
Salah satu refleksi dari kecintaan seseorang kepada baginda Nabi Muhammad SAW adalah membaca sholawat untuknya. Hal ini dipertegas dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 56:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Membaca sholawat, selain sebagai perintah secara langsung dari Allah SWT yang dia dan para malaikat mencontohkannya juga memiliki banyak keuntamaan yang akan didapat oleh orang-orang yang mengamalkannya.
Keutamaan Membaca Sholawat, Sholawat kepada Nabi merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung. Ketika kita sampaikan terima kasih kita atas Nabi dengan cara bersholawat kepadanya, maka jutaan malaikat juga ganti mendoakan kita. Suatu hari, Rasulullah SAW datang dengan wajah berseri-seri bersabda:
“Malaikat Jibril datang kepadaku dan berkata. Sangat menyenangkan untuk engkau ketahui wahai Muhammad bahwa untuk satu sholawat dari seseorang umatmu akan kuimbangi dengan sepuluh doa baginya dan sepuluh salam bagiku akan kubalas dengan sepuluh salam baginya.” (HR. An-Nasa’i).
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda, “Jika orang bersholawat kepadaku, maka malaikat juga akan mendoakan keselamatan baginya, untuk itu bersholawatlah, baik sedikit ataupun banyak.” (HR. Ibnu Majalah dan Thabrani).
Berdasarkan hadits-hadits riwayat tersebut dapat diketahui bahwa membaca sholawat atas Nabi mempunyai banyak manfaat dan kebaikan. Berikut ini ulasan selengkapnya:
Pertama, dikabulkan doanya. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu membaca sholawat, hendaklah dimulai dengan mengangungkan Allah Azza wa Jalla dan memuji-nya.
Setelah itu, bacalah sholawat kepada Nabi. Dan setelah itu, barulah berdoa dengan doa yang dikehendaki.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
Dalam hadis yang lain, “Setiap doa akan terhalang (untuk dikabulkan) hingga dibacakan sholawat kepada Muhammad dan keluarganya.” (HR Thabrani).
Kedua, dijanjikan pahala berlipat. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” (HR Muslim, Abu Dawud, Tarmidzi, dan Nasa’i).
Ketiga, diangkat derajatnya. Pada suatu pagi Rasulullah tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahnya. Para sahabat bertanya, “ Ya Rasulullah, pagi ini engkau tampak bahagia seperti terlihat dari kecerahan wajahmu.” Beliau bersabda, “Memang benar. Semalam aku ditemui oleh seorang utusan Tuhan yang Maha agung. Dia berkata, ‘Barang siapa di antara umatmu yang bersholawat kepadamu sekali, maka Allah menuliskan baginya sepuluh kebaikan, menghapuskan dari dirinya sepuluh keburukan, meningikannya sebanyak sepuluh derajat, dan mengembalikan kepadanya sepuluh derajat pula’”. (HR Ahmad).
Keempat, dikumpulkan di surga bersama Nabi. Rasulullah SAW bersabda, “Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca sholawat kepadaku.” (HR Tirmizi).
Kelima, mendapatkan syafaat Nabi. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali. Lalu, mintalah kepada Allah wasilah untukku karena wasilah adalah sebuah tempat di surge yang tidak akan dikaruniakan, melainkan kepada salah satu hamba Allah. Dan, aku berharap bahwa akulah hamba tersebut. Barang siapa memohon untukku wasilah, maka ia akan meraih syafaat.” (HR )
Mulai Malam ini (Ba'da Maghrib sudah masuk 1 Shafar. Rasullullah Bersabda "Barang Siapa Yang Memberitahukan Berita 1 Safar Kepada Yang Lain, Maka Haram Api Neraka Baginya". Dan berdzikirlah mengingat اَللّهُ ... "Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa ilaaha ilallah, Allahu-Akbar, laa haula wala quwata illa billahil aliyil adzim” Sebarkan!, Anda akan membuat beribu-ribu manusia berzikir kepada Allah SWT آمِّيْنَ آمِّيْنَ آمِّيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ maaf... Jangan putus di Anda. Gak sampai 1 menit kok اَللّهُ maha besar.
BULAN Safar, yaitu bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong atau nol. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.
Telah menjadi kepercayaan keliru oleh sebagian umat bahwa Safar adalah bulan sial atau bulan bencana. Padahal, mitos Safar bulan sial ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah Muhammad saw yang menyatakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).”
Rasulullah Saw juga bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)
Dalam sejarah Islam, bulan shafar menempatkan peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan Islam dari zaman Rasulullah hingga kejayaan dan keruntuhunnya. Berikut 11 peristiwa penting di bulan Safar.
1. Pernikahan Rasulullah saw dengan Khadijah binti Khuwailid
Menurut beberapa sumber Rasulullah saw menikahi khadijah rha pada bulan Shafar. Menurut Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syeikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri Rasulullah muda menikahi khadijah atas prakarsa Nafisah binti Munabbih. Mahar yang diberikan Rasulullah saw berupa unta 20 ekor dengan jarak usia lebih tua khadijah 15 tahun.
2. Peristiwa Perang Al-Abwa
Dalam Zaadul Maad Peristiwa ini terjadi pada bulan Shafar tahun ke 12 Hijrah. Perang Al Abwa disebut pula dengan Perang Waddaan. Pembawa panji perang saat itu Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketika itu panji yang dibawa berwarna putih. Kepemimpinan kota Madinah sementara waktu diserahkan kepada Saad bin Ubadah. Perang ini Dilakukan khusus untuk menyergap kafilah Quraisy namun tidak membuahkan hasil.
Pada peristiwa ini Nabi berpesan kepada Makhsyi bin Amr adh-Dhamari, yang merupakan pemimpin Bani Dhamrah kala itu, untuk tidak saling berperang dan tidak membantu lawan. Perjanjian dibuat tertulis. Itu berlangsung selama lima belas malam.
3. Tragedi Ar Raji’
Pada tahun 3 H bulan Shafar datanglah kepada Nabi saw kaum dari Bani ‘Adhal dan al-Qaaroh dan menyatakan bahwa mereka masuk Islam. Dalam Zaadul Maad dikisahkan Kedua kabilah itu meminta dikirim orang-orang yang dapat mengajarkan mereka tentang Islam dan membacakan kepada mereka al-Quran. Nabi saw mengutus kepada mereka enam orang. -Ibnu Ishaq dan al-Bukhari menyebutkan: sepuluh orang.- yang dipimpin oleh Mursyid bin Abi Mursyid al-Ghanawi, yang salah satunya Khabib bin Adi. Namun, ketika rombongan sampai pada suatu tempat bernama Ar Raji’ dua kabilah tersebut berkhianat. Para utusan Islam dibantai dengan dibantu oleh kabilah Hudzail dan menawan Khabib bin Adi dan Zaid bin ad-Datsiah. Kemudian keduanya dijual di Mekkah. Mereka berdualah yang nantinya membunuh tetua kabilah Hudzail pada perang Badar.
4. Tragedi Bi’ir Ma’unah
Peristiwa Bi’ir Ma’unah terjadi pada bulan Shafar tahun 4 H selang beberapa saat setelah tragedi Ar Raji’. Diceritakan dalam Hayat Muhammad karya M Husain Haikal pada waktu itu Rasulullah saw menawarkan keIslaman kepada Abu Bara’ Amr bin Malik. Namun Abu Bara’menolak dengan halus. Kemudian ia menawarkan kepada Rasulullah saw agar mengutus sahabatnya ke Najd untuk mengajak kaum Najd memeluk Islam. Atas jaminan dari Abu Bara’ Rasulullah saw kemudian mengutus Al Mundhir bin Amr dari Bani Sa’idah beserta 40 sahabat pilihan menuju Najd.
Ketika sampai di Bi’ir Ma’unah Para utusan berhenti dan mengutus Haram bin Milhan membawa dari Rasulullah kepada Amir bin Thufail. Namun surat itu tidak dibaca Amr, bahkan Amr membunuh Haram bin Milhan. Kemudian Amir bin Thufail meminta bantuan kabilah Bani Amir yang akhirnya ditolaknya karena ada jaminan perlindungan (suaka) dari Abu Bara’. Amir Bin Thufail kemudian mengajak kabilah Bani Sulaim dan mendapat sambutan. Pecahlah pertempuran antara Amir dan sekutunya dengan utusan Rasululah, akhirnya semua utusan terbunuh kecuali Ka’ab bin Zaid bin an-Najjar walaupun terluka dan bergelimpangan bersama jasad-jasad lain. Dia hidup hingga gugur pada peristiwa perang Khandak.
Pada pertempuran ini terbunuh pula ketua utusan Mundzir bin Uqbah bin Aamir sedangkan Amr bin Amiah adh-Dhamari ditawan. Ketika tahu bahwa Amr dari kabilah Mudhar, Aamir memotong rambut dahinya (jambulnya) dan membebaskannya dengan jaminan yang ada pada Amiah.
Amr bin Amiahpun kembali ke Madinah. Ketika sampai di Qorqorah di Sodr Qonaah (nama tempat) dia berteduh di sebuah pohon. Pada saat yang sama datanglah dua orang dari Bani Kilaab turut berteduh bersamanya. Manakala kedua orang dari bani Kilaab tertidur, Amr membunuh keduanya. Amr merasa sedikit telah membalaskan apa yang telah dilakukan terhadap para sahabatnya. Tetapi ayalnya, ternyata kedua orang yang dibunuh itu telah memiliki perjanjian dengan Rasulullah saw, dan dia tidak menyadarinya. Ketika sampai di Madinah Amr mengabarkan apa yang terjadi kepada Rasulullah saw dan apa yang dia lakukan terhadap dua orang dari Bani Kilaab.
(Mendengar itu) Nabi pun bekata,
لَقَدْ قَتَلْت قَتِيلَيْنِ لَأُودِيَنَّهُمَا
“Sungguh engkau telah membunuh dua orang yang harus aku bayar diah (denda) pembunuhan keduanya”.
5. Kemengan Perang Khaibar
Menurut Ibnu Qayim Al Jauziyah dalam Zaadul Maad Sesungguhnya keluarnya Rasulullah r ke Khaibar adalah di akhir bulan Muharram, bukan permulaannya. Fath (kemenangannya) adalah di bulan Shafar.
Perang Khaibar merupakan peperangan kaum muslimin dengan Yahudi di Khaibar karena bersekutu denga Raja Hiraklius. Kaum Muslimin menaklukkan sebuag benteng yang berlapis dengan membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengepung dan menembus masuk ke bentng tersebut.
Peristiwan ini jatuh pada bulan Shafar tahun 9 H. Ibnu Mas’ud berkata, “Mereka menceritakan: Rasulullah saw mengutus Qutbah bin Aamir dengan dua puluh orang ke distrik dari wilayah Khast’am pinggiran Tabbaalah. Nabi memerintahkannya untuk mengepung tempat itu. Merekapun keluar dengan berbekal sepuluh onta. Mereka manawan seorang lelaki dan menginterogasinya. Tetapi bahasa orang itu tidak dapat dimengerti dan dia berteriak-teriak. Karena membahayakan merekapun memenggal lehernya. Ketika penduduk al-Hadiroh telah tertidur lelap, pengepunganpun dilakukan, sehingga terjadilah pertempuran yang sengit, banyak yang terluka dari kedua belah pihak. Qutbah bin Aamir memerangi siapa saja yang melawan. Ternak, wanita dan apapun yang bisa dibawa digiring ke Madinah. Dikisahkan bahwa lawan berkumpul untuk menyusul dan mengikuti jejak mereka, tetapi Allah swt mengirim banjir bandang yang mencegat mereka untuk bisa sampai kepada para sahabat dan apa yang mereka bawa. Kaum itu hanya bisa menatap hingga rombongan menghilang dari pandangan mereka, tidak dapat menyeberang (Zaadul Maad).
7. Masuk Islamnya Bani Udzrah
Bani Udzrah adalah salah satu bani yang mempunyai garis keturunan sampai kepada Qushai salah satu kakek Rasulullah saw. Pada waktu itu datang kepada Rasulullah utusan dari Udzroh pada bulan Shafar, tahun kesembilan sebanyak dua belas orang. Di antaranya Jumroh bin an-Nu’maan. Mereka menyatakan diri memeluk Islam. Rasulullah saw kemudian menceritakan kepada mereka akan datangnya kemenangan atas Syam dan diperanginya Hiraklius hingga akhir imperiumnya.
8. Pengangkatan Usamah Bin Zaid
Pada bulan safar Rasulullah mempersiapkan kaum muslimin untuk berperang. Pasukan kaum muslimin yang berjumlah 3000 ribu dan didalamnya terdapat banyak sahabat. Rasulullah memerintahkan untuk berangkat ke tanah al-Balqa yang berada di Syam, persisnya tempat gugur (syahidnya) Zaid bin Haritsah. Keesokan hari, 29 Safar tahun 11 H atau 24 Mei 632 Rasululllah memanggil Usamah bin Zaid supaya menghadap beliau. Setelah Usamah menghadap, Nabi mengangkatnya menjadi panglima perang untuk memimpin pasukan yang akan diberangkatkan itu.
Nabi bersabda, “Pergilah kamu ke tempat terbunuhnya bapakmu, injaklah mereka dengan kuda. Aku menyerahkan pimpinan ini kepadamu, maka perangilah penduduk Ubna pada pagi hari dan bakarlah (hancur binasakanlah) mereka. Cepatlah kamu berangkat, sebelum berita ini terdengar oleh mereka. Jika Allah memberi kemenangan kepadamu atas mereka, janganlah kamu berlama-lama bersama mereka. Bawalah bersamamu petunjuk-petunjuk jalan dan dahulukanlah mata-matamu.”
Usamah Bin Zaid adalah sahabat Rasulullah saw yang masih belia usianya. Dikatakan belia karena usia Usamah ketika diangkat menjadi panglima perang belum mencapai 20 tahun. Usamah diangkat menjadi panglima perang sudah dalam kondisi menikah dan siap perang.
9. Penaklukan Persia
Peristiwa ini terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab pada tanggal 14 Safar 16 H atau 17 Maret 637 M. Kaum muslimin dibawah pimpinan Saad bin Abi Waqash memperoleh kemenangan atas Persia. Sebelumnya kaum muslimin berperang hebat di qadisiyah (masuk negara Irak) serta menduduki istananya. Saad Bin waqash sebelumnya sempat mengalami luka pedang cukup parah akibat pertempuran. Namun pertempuran berhasil dimenangkan kaum muslimin.
10. Jatuhnya kota Baghdad ke tangan Hulakhu Khan
Kota Baghdad yang pada masa itu menjadi pusat pemerintahan Daulah Bani Abasiyah sungguh kehilangan daya. Pada tanggal 9 safar tahun 565 H/ 14 februari 1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbasiyah di Baghdad betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung tentara Hulughu Khan.Tentara tar tar ini membantai serta menghancurkan seluruh isi kota Baghdad termasuk produk Ilmu pengetahuan. Jatuhnya kota Baghdad yang menandakan runtuhnya Daulah Bani Umayah disebabkan oleh pengkhiantan yang dilakukan oleh al-wazir Umayyiduddien Muhammad bin al-Alqami ar-tafidhi seorang Syiah Rafidhah.
11. Meninggalnya Pembebas Jerusalem Shalahuddin Al Ayyubi
Pada tanggal 27 Safar 859 atau 15 Februari 1455 Sholahuddin menghembuskan nafas terakhir di damaskus. Para pengurus jenazah terkaget-kaget karena Sholahuddin tidak memiliki harta. Ia hanya memiliki kain kafan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang suriah pada waktu itu). Menjelang wafatnya beliau menyampaikan pesan yang luar biasa “Jangan Tumpahkan Darah, Sebab darah yang terpecik tak akan pernah tidur”. Beliau meninggalkan penasihat yang merupakan ulama terkenal yakni Ibnu Qudamah, Ibnu Az-Zaki Asy-Syafi’i, dan Ibnu Naja’ al-Qadiri al Hambali. Mencari keridhoan Alloh
1. Iri hati Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran. Sebab-sebab Timbulnya sifat Iri : Kalau kita cermati dari kisah Qabil dan Habil, kita dapat melihat bahwa sifat iri ini muncul karena : a. Adanya rasa sombong didalam diri seseorang b. Kurang percaya diri c. Kurang mensyukurui nikmat Allah d. Tidak merasa cukup terhadap sesuatu yang telah dimilikinya. e. Tidak percaya kepada qadha dan qadar. Akibat dari sifat iri tersebut antara lain : a. Merasa kesal dan sedih tanpa ada manfaatnya bahkan bisa dibarengi dosa. b. Merusak pahala ibadah c. Membawa pada perbuatan maksiat, sebab orang yang iri tidak bisa lepas dari perbuatan menyinggung, berdusta, memaki, dan mengumpat .d. Masuk Neraka e. Mencelakakan orang lain f. Menyebabkan buta hati g. Mengikuti ajakan syetan h. Meresahkan orang lain i. Menimbulkan perselisihan dan perpecahan j. Meruntuhkan sendi-sendi persatuan masyarakat k. Menimbulkan ketidaktentraman dalam diri, keluarga, masyarakat, atau orang lain. Diantara cara-cara menghindari sifat iri sebagai berikut : a. Menumbuhkan kesadaran didalam diri bahwa kenikmatan itu pemberian Allah SWT, sehingga wajar apabila suatu saat Allah memberi nikmat kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada diri kita .b. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT dan merasa cukup terhadap segala sesuatu yang telah diterimanya .c. Menjalin persaudaraan dengan orang lain, sehingga terhindar dari perasaan benci dan tidak senang apabila orang lain mendapatkan keberuntungan (kesenangan) .d. Membiasakan diri ikut merasa senang apabila orang lain mendapat keuntungan (kesenangan).
2. Dengki Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini. Adapun cara yang bisa ditempuh untuk menghindari penyakit dengki, antara lain : a. Menjauhi semua penyebabnya. b. Mewaspadai bahayanya .c. Membiasakan diri untuk memberikan dukungan positif terhadap apa yang dialami saudara kita .d. Mempererat tali persaudaraan sehingga terjalin kerukunan dan persaudaraan. e. Selalu berdzikir, sehingga hati merasa dekat dengan Allah SWT. f. Ilmu dan amal.•
3. Hasut / Hasud / Provokasi Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.
4. Fitnah Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.
5. Buruk Sangka Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.
6. Khianat / Hianat Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.
Inilah Tiga Sifat Jiwa Manusia yang Disebutkan Dalam al-Quran
Posted on 5 Juni 2013 by Admin Blog Sunniy Salafy — 1 Komentar
al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah
Inilah dunia sebagai tempat mihnah (ujian) dan cobaan. Dan sungguh Allah Subhanahu wata’ala telah menyifati jiwa manusia dalam al-Qur’an dengan tiga sifat:
1) al-Muthma’innah (jiwa yang tenang)
2) al-Ammaarah bi as-suu’ (jiwa yang suka menyuruh kepada perkara buruk)
3) al-Lawwaamah (jiwa yang suka mencela)
1) al-Muthma’innah (jiwa yang tenang)
Maka apabila jiwa merasa tentram kepada Allah Ta’ala, tenang dengan mengingat-Nya, dan bertaubat kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, dan menghibur diri dengan dekat kepada-Nya, maka itulah nafsu muthma’innah (jiwa yang tenang). Itulah jiwa yang dikatakan kepadanya tatkala wafat (meninggal dunia),
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr: 27-30)
Ketika menafsirkan firman Allah Ta’ala,
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّة
“Wahai jiwa yang tenang.” (al-Fajr: 27)
Berkata Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu: “Wahai jiwa yang membenarkan.”
Qatadah berkata, “Ia adalah jiwa yang beriman, jiwanya tenang kepada apa-apa yang dijanjikan Allah Tabaroka wata’ala.”
al-Hasan berkata, “Jiwanya tenang dengan apa-apa yang difirmankan Allah Tabaroka wata’ala dan membenarkan dengan apa-apa yang difirmankan-Nya.”
Mujahid berkata, “Ia adalah jiwa yang kembali tunduk, ia adalah jiwa yang yakin bahwasanya Allah adalah Rabbnya, ia merasa tenang dengan perintah-Nya dan dengan mentaati-Nya, serta dia yakin akan perjumpaan dengan-Nya.” (ad-Durrul Mantsur, 8/513-514)
Adapun hakikat jiwa yang tenang yaitu as-Sukuun wa al-Istiqraar (diam dan menetap). Yakni jiwa itu benar-benar tenang kepada Rabbnya dengan mentaati perintah-perintah-Nya dan mengingat-Nya, dan tidak tenang kepada selain-Nya. Maka sungguh jiwa itu tenang dengan mencintai-Nya, menjalankan ibadah-beribadah, dan berdzikir kepada-Nya. Jiwa itu tenang dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Jiwa itu tenang kepada perjumpaan dengan-Nya dan janji-janji-Nya. Jiwa itu tenang dengan membenarkan dengan sebenar-benarnya akan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Jiwa itu tenang dengan ridha bahwasanya Allah adalah Rabb, Islam adalah diin, dan Muhammad adalah Rasul-Nya. Jiwa itu tenang dengan qadha dan qadar (takdir baik dan takdir buruk).
Maka jiwa itu tenang dengan Allah bahwasanya Dia adalah satu-satunya Rabbnya, Ilahnya, sesembahannya, rajanya, dan penguasa seluruh perintah, dan kepada-Nya ia akan dikembalikan, dan bahwasanya tiada kecukupan baginya selain dari-Nya walaupun sekejap mata.
2) al-Ammaarah bi as-suu’ (jiwa yang suka menyuruh kepada perkara buruk)
Adapun kebalikan daripada itu maka ia adalah nafsu ammarah bis suu’ (jiwa yang suka menyuruh kepada perkara buruk). Ia memerintah pemiliknya dengan apa-apa yang sesuai dengan hawa nafsunya berupa syahwat-syahwat yang menyesatkan (maksiat) dan mengikuti kebathilan (paham yang menyimpang). Dan itulah tempat segala keburukan.
Jika dia mentaatinya (mengikuti keinginan hawa nafsunya), maka jiwa itu akan menuntunnya pada setiap keburukan dan setiap suatu yang dibenci.
Allah Subhanahu wata’ala mengkabarkan jiwa itu sebagai nafsu ammarah (banyak memerintah) bis suu’, Dia tidak mengatakan amirah (yang memerintah), karena begitu banyaknya keburukan yang diperintahkan. Dan itulah kebiasaan dan adatnya, kecuali jika Allah Suhanahu wata’ala merahmati dan menjadikannya bersih, sehingga memerintahkan pemiliknya pada kebaikan. Yang demikian itu dari rahmat Allah, bukan dari jiwa itu, karena sesungguhnya jiwa itu secara dzatnya banyak memerintah pada keburukan.
Manusia diciptakan pada asalnya dalam keadaan bodoh dan zhalim, kecuali orang yang dirahmati Allah Azza wajalla. Sedangkan ilmu dan keadilan (lawan dari bodoh dan zhalim) merupakan perkara yang muncul belakangan atas jiwa tersebut disebabkan oleh ilham Rabb dan Pencipta-nya. Maka jika Allah Subhanahu wata’ala tidak memberi ilham berupa jalan petunjuk, niscaya dia akan tetap berada dalam kezhaliman dan kebodohannya. Karena tidaklah banyak memerintah pada keburukan kecuali akibat dari kebodohan dan kezhalimannya. Kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah Azza wajalla atas orang-orang beriman, niscaya tak seorang pun yang memiliki jiwa yang bersih.
Apabila Allah Subhanahu wata’ala menghendaki kebaikan pada suatu jiwa maka Dia menjadikan di dalamnya sesuatu yang membersihkan dan memperbaikinya berupa keinginan-keinginan yang baik dan daya tangkap (terhadap al-haq). Namun jika Allah Subhanahu wata’ala tidak menghendaki yang demikian maka Dia membiarkan jiwa itu seperti keadaan ketika diciptakannya, dengan kebodohan dan kezhalimannya.
Kezhaliman disebabkan bisa karena (al-jahl) kebodohan atau karena hajat (keinginan). Dan pada asalnya jiwa manusia itu bodoh dan tidak bisa lepas dari keinginan. Oleh karena itu perintah jiwanya yang mengajak kepada keburukan tentu saja suatu hal yang pasti terjadi, jika ia tidak mendapatkan rahmat dan karunia Allah Azza wajalla (dengan ilmu dan keadilan).
Dari sini kita mengetahui, bahwasanya teramat butuhnya seorang hamba kepada Rabbnya di atas segala kepentingan, dan tidak ada suatu kepentingan pun yang bisa diukur dengannya. Maka, jika Allah Subhanahu wata’ala menahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sekejap saja, niscaya ia akan merugi dan binasa.
3) al-Lawwaamah (jiwa yang suka mencela)
Adapun kata lawwaamah, ada ikhtilaf (perbedaan pendapat) tentang akar katanya. Apakah ia dari kata talawwum (berubah-ubah sikap dan bimbang) atau dari kata al-laum (tercela)? Dan ungkapan-ungkapan ulama salaf di antara dua makna tersebut. (Lihat ad-Durrul Mantsur 8/343)
Sa’id bin Jubair Radhiallahu’anhu berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas apakah al-lawwamah itu?” Beliau Radhiallahu’anhuma menjawab, “Yaitu jiwa yang banyak mencela.”
Mujahid berkata, “Ia adalah jiwa yang sangat menyesali apa yang telah lalu dan mencela atasnya.”
Qatadah berkata, “Ia adalah jiwa yang jahat.”
Ikrimah berkata, “Ia adalah jiwa yang mencela atas kebaikan dan keburukan.”
Berkata Atha’ dari Ibnu Abbas, “Setiap jiwa akan mencela dirinya pada Hari Kiamat. Orang yang berbuat baik mencela jiwanya mengapa ia tidak menambah kebaikannya, sedangkan orang yang berbuat keburukan mencela jiwanya mengapa ia tidak berhenti dari kemaksiatannya.”
Hasan al-Bashri berkata, “Sesungguhnya seorang Mukmin itu –demi Allah- tidaklah engkau melihatnya melainkan dia selalu mencela jiwanya pada setiap keadaan. Ia selalu merasa kurang dengan apa yang ia kerjakan, sehingga ia menyesal dan mencela jiwanya. Adapun orang faajir (yang tenggelam dalam maksiat), ia tetap melenggang terus dengan tidak pernah mencela jiwanya.”
Demikianlah beberapa ungkapan dari para ulama yang berpendapat bahwa al-lawwamah berasal dari kata al-laum (mencela).
Adapun mereka yang berpendapat bahwa al-lawwamah berasal dari talawwum dikarenakan jiwa itu selalu bimbang dan sering berubah-ubah, dan bahwa ia tidak tetap dalam satu keadaan.
Namun pendapat pertama nampaknya lebih jelas. Karena kalau makna kedua yang dimaksud, niscaya menjadi al-mutalawwimah. Seperti kata al-mutalawwinah wal mutaraddidah (yang berubah-ubah dan selalu bimbang). Hanya saja ia selalu menyertai makna sebagaimana disebutkan dalam pendapat pertama. Karena begitu seringnya ia berubah-ubah dan tidak tetap pada satu keadaan menjadikan dirinya melakukan sesuatu yang kemudian ia mencela atasnya. Jadi, at-talawwum (selalu berubah dan bimbang) merupakan bagian dari al-laum (mencela).
Dan sungguh jiwa itu terkadang bersifat ammaarah (banyak memerintah), lawwaamah (banyak mencela), dan muthma’innah (tenang). Bahkan dalam sehari atau dalam sesaat jiwa manusia mengalami yang ini dan ini (saling bergantian).
Dan hukum itu bagi yang lebih menguasai atas jiwanya. Maka keberadaan jiwa itu sebagai nafsul muthma’innah merupakan sifat terpuji baginya. Sedangkan keberadaan jiwa itu sebagai nafsul ammarah bis suu’ merupakan sifat tercela baginya. Dan keberadaan jiwa itu sebagai nafsul lawwamah maka ia terbagi menjadi sifat terpuji dan sifat tercela tergantung pada apa yang dicelanya.
(Disalin dari kitab Ighatsah al-Lahfan min Mashaaid asy-Syaithan, Karya al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah, hal. 41-42)
Bismilahirrohmanirrohim
Dina dinten ieu urang masih di paparinan yuswa, di paparinan mangrupi rupi kanikmatan nu teu aya hinggana, sagalarupi puji gening kagungan nana anu pamohalann urang kedah ngalalangkungan Na.
Dina mang rupi usik sareng malikna urang tong hilap ka pupuhuna Nabi sareng Rosul Kang Jeng Nabi Muhammad, SAW, anu mana mantena bakal maparinan safaat ka urang sadayana engke di jamanna urang meryogikeun pitulung ti anjeuna.
Pepeling sanes kanggo nu sanes, tapi keur sorangan, sugan ka ungkit ku bukti ka guar ku rasa anu aya dina sajeroning rasa.
Anu kahiji dina hal diri urang, pasti urang sorangan anu bakal ngahisab jeung tangtos terang kana sagala rupi naon anu parantos di pilampah ku urang sadayana salami urang dumelah dugi ka kiwari, anu sae anu awon, anu karaos sareng anu teu karoas, sadayana oge urang anu uninga sareng Alloh anu nyakseni.
Hayu urang sing sadar saha urang jeung saha saestuna sesembahan urang.
Seueur nu nyebat teu aya deui Pangeran anu sanes anu di sembah ka jaba Alloh, tapi pikeun nalungtik diri tong jauh teuing heula urang milari tapi urang tapakuran heula diri.
Baheula samemeh urang dumelah ka alam dunya saha nu ngandung jeung saha nu ngayuga urang anu pasti Indung jeung Bapak urang,
Manahan kusadaya ari Istriteh dibeuli ku Syahadat, Rek nampa rasana madat, Supaya jadi Syahadat.
Haram kasebutna lamun hanteu nikah, Anakna sok jadi haram jadah, Urang sing suhud ibadah, Ibadah ka Gusti Allah.
Sing suhud urang di dunya, Neangan elmu nu enya, Supaya bisa sampurna, Pigeusaneun dina pupusna.
Mun urang ngarasa lolong di dunya, pasti Lolong oge jaga di Akheratna, Pangeran awas ka urang, Urang sing ninggal Pangeran.
Gusti Allah mah wajib ayana, Euweuhna dina ayana, Geura tareangan jentulna, Engke bakal ka harti sadayana.
Sembahiyang kudu khusu, Mudu tutup sakabeh nafsu, Nafsu opat ulah metu, Lain Shalat nangtung kitu.
Allahu akbar kudu ta’yin, kudu sidik ka alam batin, Lain beurang lain peuting,
Tapi pilari warna beureum jeung koneng, dimana urang teu rumasa aya pek nyarita
Geus euweuh wujud kaula, Didinya naon nu aya,
Lain akbar mata kapala, Akbar anu sajatina.
Kaula geus hanteu aya, Ganti Pangeran nu aya, Nyebut aya teu ngarasa, Manahan ku ahli rasa.
Silokana sing kapanggih, Kunci Muhammad nu bukti, Rasiahna Maha Suci, Teangan tarekat jati.