Kamis, 27 Juni 2013

MAAD JASMANI

ma’âd jasmani
ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪﺍ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
Ma’âd di samping jasmani juga ruhani. Apa yang
disebut dalam ma’âd jasmani adalah kembalinya
bagian-bagian orisinil ( ahsliyah) badan.
Bagian orisinil ( ashliyah) adalah bagian-
bagian yang disebutkan dalam sebagian riwayat
sebagai thinat. Dengan definisi ini, tatkala
seluruh manusia meninggal dunia dan binasa,
sesuai dengan beberapa riwayat, yang tersisa
adalah thinat dan bagian-bagian orisinilnya.
Yang pergi ke akhirat adalah bagian-bagian
orisinil manusia.
Karena itu, ma’ad jasmani tidak memerlukan
tanah lebih planet bumi sehingga harus
dipertanyakan apakah bumi mencukupi sebagai
tempat berkumpulnya manusia di padang masyhar?
Jawaban Detil
Di antara pembahasan penting tentang ma’âd
adalah pembahasan tentang bagaimana proses
terjadinya ma’âd dari sudut pandang jasmani
dan ruhani dimana dalam hal ini terdapat tiga
pendapat dari para filosof dan teolog Islam :
1. Hanya ma’âd jasmani (dimana ruh juga
termasuk sebagai jism lathif).
2. Hanya ma’âd ruhani.
3. Keyakinan terhadap keduanya; pada hari
Kiamat di samping ruh yang akan dibangkitkan
juga badan. Di samping pelbagai kelezatan
dan penderitaan indrawi, pelbagai kelezatan
dan penderitaan non-indrawi dan rasional
juga akan terwujud.
Realisasi ma’âd ditetapkan dengan argumen-
argumen rasional dan juga argumen-argumen yang
terangkap dari akal (akal) dan nukilan ( naql).
Namun terdapat perbedaan pendapat di antara
ulama terkait dengan apakah ma’âd itu jasmani
atau ruhani. Pada kesempatan ini kita tidak
akan mengkaji dan mengkritisi perbedaan
pendapat yang masing-masing dilontarkan oleh
kedua belah pihak.
Kali ini, kita tidak ada pembahasan terkait
dengan ma’âd ruhani. Pembahasan yang mengemuka
adalah pada ma’âd jasmani dan bagaimana proses
terealisirnya ma’âd jasmani. Ma’âd ruhani
adalah tuntutan keadilan, hikmah dan rahmat
Allah Swt.
Inti ma’âd jasmani juga ditetapkan melalui
beberapa cara. Misalnya dalam al-Qur’an dan
beberapa riwayat, sebagian dari pahala-pahala
ukhrawi, partikular dan indrawi dan hal ini
menunjukan kembalinya pada benda duniawi.
Sekarang pertanyaan yang mengedepan apakah
ma’âd jasmani adalah kembalinya benda ( jism)
duniawi persis dengan benda duniawi yang
sebelumnya dengan segala ciri dan tipologinya
atau berbeda?
Apa yang didukung oleh al-Qur’an adalah
kembalinya benda (jism) duniawi persis dengan
benda duniawi yang sebelumnya dan ayat yang
paling jelas adalah permohonan Nabi Ibrahim As
kepada Allah Swt terkait dengan bagaimana
proses menghidupkan orang mati. Pada kisah
tersebut Allah Swt menunjukkan kepada Nabi
Ibrahim bagaimana badan yang telah hancur
dikumpulkan dan dihidupkan kembali. Kisah Nabi
Uzair juga demikian adanya. Begitu pula dengan
penyerupaan menghidupkan orang mati dengan
menghidupkan bumi dan lain sebagainya
kesemuanya menjelaskan tentang ma’âd jasmani.
Namun hal ini tidak dapat dipahami sehubungan
dengan kembalinya fawâdhil (bagian-bagian
addisional dan tambahan manusia seperti
rambut, kulit, tulang dan lain sebagianya)
dari ayat ini karena problematika yang lebih
asasi boleh jadi terlintas dalam benak
seseorang bahwa bagaimana benda material yang
senantiasa berubah dan berganti, mengalami
proses menjadi dan mengalami kerusakan pergi
ke sebuah alam yang telah disebutkan yang
tidak terdapat sama sekali perubahan dan
kerusakan melainkan dalam terma teknis
filsafat aktualitas murni dan tidak terdapat
satu pun potensi di dalamnya?
Dengan asumsi ini, disebutkan bahwa kembalinya
jasmani pada ma’âd jasmani tidak meniscayakan
kembalinya fawâdhil disertai dengan seluruh
aksiden-aksiden material. Hal ini adalah
penyokong persoalan yang disebutkan di atas
berdasarkan tiadanya kemungkinan unsur-unsur
hancur di alam kiamat sebagaimana yang telah
disinggung di atas; karena apabila kita
berkata jasmani ini dengan segala aksiden dan
fawâdhil-nya maka hal itu akan meniscayakan
seluruh tingkatan alam keberadaan yang
tertinggi kita batasi dengan sebuah batasan
sebagaimana yang terdapat pada tingkatan
terendah alam tabiat!
Karena itu, kita saksikan bahwa tatkala Jibril
yang merupakan substansi non-material turun ke
alam tabiat, ia turun dalam bentuk Duhiyyah
al-Kalbi (dalam bentuk jasmani) karena setiap
tingkatan dari alam eksistensi masing-masing
memiliki hukum tersendiri.
Nah dengan memperhatikan perbedaan dua alam
ini tentu tidak dapat seluruh kemestian
material dunia menetapkan materi ukhrawi (dan
sebaliknya), sebagaimana air yang teredapat
pada dunia flora berada pada alam-alam luaran
dan warna dan rasanya mengalami perubahan.
Namun sesuai dengan penegasan al-Qur’an bahwa
air-air yang terdapat di surga sama sekali
tidak akan mengalami perubahan karena
kondisinya yang lebih tinggi dan lebih
sempurna.[1]
Harus dikatakan bahwa pada ma’âd jasmani yang
akan dibangkitkan adalah jasmani namun model
jasmani di sana berbeda dengan jasmani di
dunia dan bagian-bagian tambahan ( fawadhli)
yang telah sirna dan yang tersisa hanyalah
bagian-bagian ashliyah (orisinil) yang ada.
Kebanyakan ulama dalam masalah ma’âd jasmani
menegaskan pendapat ini bahwa keyakinan
terhadap kembalinya bagian-bagian fawadhil
(bagian-bagian tambahan) bukanlah termasuk
perkara wajib dalam ideologi Islam. [2]
Khaja Nashiruddin Thusi dalam Tajrid berkata,
“Apa yang menjadi hal pokok mazhab adalah
penetapan ma’âd jasmani dalam agama Muhammad
Saw dan tidak wajib meyakini kembalinya
bagian-bagian tambahan ( fawadhil) jasmani.”
Qausyaji, Muhaqqiq Ardabili, Allamah Hilli,
dan Sayid Asyraf bin Abdulhabib al-Husaini
adalah orang-orang yang memberikan syarah
(ulasan) atas buku Tajrid juga menegaskan
masalah ini dalam mengulas redaksi kalimat di
atas.
Dalam ungkapan-ungkapan ulama besar seperti
Sayid Abdullah dalam Mashâbih al-Anwâr dan
Allama Dawwani dalam Syarh ‘Aqâid
al-‘Adhudiyyah demikian juga Mahdi Naraqi
dalam Misykât al-‘Ulûm fî Bayân Mautsiqat
‘Ammâr al-Sâbâthi , memandang thinat yang
tersisa yang juga disebut disebut sebagai
bagian-bagian ashliyah dan sebagai hal yang
mesti bahwa thinat[3] ini yang akan
dibangkitkan pada hari Kiamat sebagai jasmani
ukhrawi.
Di sini kita akan menyinggung riwayat Ammar
Sabathi sehubungan dengan kembalinya thinat
asli jasmani sebagai berikut:
Imam Maksum ditanya apakah jasad mayit akan
rusak? Imam bersabda, “Iya sedemikian (rusak)
sehingga tidak akan ada daging dan tulang yang
tersisa selain thinat yang (pada permulaan)
telah dicipta dan thinat ini tidak akan rusak
kecuali tertahan di kubur hingga (manusia)
akan diciptakan (dibangkitkan) kembali
sebagaimana pertama kali mereka
diciptakan.” [4]
Boleh jadi dapat diasumsikan bahwa seluruh
tipologi jasmani seorang manusia terletak pada
thinat-nya yang dapat disimpan dalam sebuah
molekul yang dengan memanfaatkannya, jasmani
pada hari kiamat akan kembali merekonstruksi
dirinya dan masalah ini bukanlah suatu hal
yang aneh karena kita tahu bahwa sekarang para
ilmuan telah menemukan bahwa kurang-lebih
seluruh tipologi seorang manusia terpendam
pada genetik-genetik yang terdapat pada sel-
sel badannya dan proses kloning juga dilakukan
dengan memanfaatkan memori natural ini. Jelas
bahwa Tuhan yang menciptakan manusia mampu
menjaga memori ini dalam bentuk yang paling
cermat bahkan pada sebuah atom.
Dengan penjelasan ini, ma’âd yang akan terjadi
adalah ma’ad jasmani juga ruhani. Dan pada
jasmani hanya bagian-bagian ashliyah yang akan
kembali bukan fadhliyah . Dari sini menjadi
jelas bahwa adanya bumi tambahan tidak ada
sangkut pautnya dengan ma’âd jasmani sehingga
kita harus berbicara tentang apakah bumi
mencukupi untuk menampung seluruh orang
semenjak awal hingga akhir ketika kelak mereka
dikumpulkan. Karena yang mengemuka pada ma’âd
jasmani adalah bagian-bagian ashliyah badan
bukan bagian-bagian fadhliyah -nya.
[1] . Ali Rabbani Gulpaigani, Aqaid Istidlâli ,
jil. 2, hal. 246, Markaz Nasyr Hajir, 1387.
[2] . Al-Iskawi al-Hairi, al-Haj Mirza Musa,
Ihqâq al-Haq , hal. 17 sampai 24, Mathba’at al-
Nu’man al-Najaf al-Asyraf, Cetakan Kedua, 1358
H – 1965 M.
[3] . Dapat diartikan sebagai watak atau bawaan
lahir.
[4] . Kulaini, al-Kâfi , jil. 3, hal. 251, Dar
al-Kutub al-Islamiyah, Teheran.
“ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻳَﺒْﻠَﻰ ﺟَﺴَﺪُﻩُ ﻗَﺎﻝَ ﻧَﻌَﻢْ ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﺎ ﻳَﺒْﻘَﻰ ﻟَﻪُ ﻟَﺤْﻢٌ ﻭَ ﻟَﺎ ﻋَﻈْﻢٌ
ﺇِﻟَّﺎ ﻃِﻴﻨَﺘُﻪُ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺧُﻠِﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﺒْﻠَﻰ ﺗَﺒْﻘَﻰ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻘَﺒْﺮِ ﻣُﺴْﺘَﺪِﻳﺮَﺓً ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺨْﻠَﻖَ
ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺧُﻠِﻖَ ﺃَﻭَّﻝَ ﻣَﺮَّﺓٍ

Selasa, 25 Juni 2013

mendalami ilmu agama

USAHA MENJAGA HATI
Begitu banyak dalil-dalil dari al-Qur'an dan Sunnah yang berbicara masalah hati, menganjurkan agar
senantiasa bersih dan suci. Ingatlah wahai saudaraku, engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentang
hatimu, bacalah firman Alloh ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berikut ini:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ ﻭَﺍﻟْﺒَﺼَﺮَ ﻭَﺍﻟْﻔُﺆَﺍﺩَ ﻛُﻞُّ ﺃُﻭﻟـﺌِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﺴْﺆُﻭﻻً
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
(QS.al-lsra'[17]:36)
Maksudnya, setiap anggota badan yang disebutkan di dalam ayat ini akan ditanya tentang apa yang ia
perbuat, hatinya ditanya tentang apa yang terlintas dan ia pikirkan serta yakini, pendengaran dan
penglihatan akan ditanya dari yang ia lihat dan ia dengar. (al-Jami' li Ahkamil Qur'an 5/169)
Hati ini ibarat raja dalam sebuah jasad, baik buruknya tingkah polah seorang insan tergantung hatinya.
Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:
ﺃَﻻَ ﻭَﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪِ ﻣُﻀْﻐَﺔً ﺇِﺫَﺍ ﺻَﻠَﺤَﺖْ ﺻَﻠَﺢَ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪُ ﻛُﻠُّﻪُ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻓَﺴَﺪَﺕْ ﻓَﺴَﺪَ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪُ ﻛُﻠُّﻪُ ﺃَﻻَ ﻭَﻫِﻲَ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐُ
Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula
seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati. (HR.
Bukhari 52, Muslim 1599)
Sahabat mulia Abu Hurairah ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ mengatakan: "Hati ibarat seorang raja dan anggota badan sebagai
prajuritnya. Apabila rajanya baik, maka baik pula seluruh prajuritnya. Apabila rajanya jelek, maka jelek pula
seluruh prajuritnya." (Majmu' Fatawa 10/15)
Sahabat yang lain, Salman al-Farisi ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ mengatakan: "Setiap orang mempunyai amalan yang lahir
dan batin. Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya maka Alloh akan membagusi amalan lahirnya,
sebaliknya barangsiapa yang mengotori amalan batinnya maka Alloh akan merusak amalan lahirnya." (Az-
Zuhd oleh Imam Ibnul Mubarak hal. 17, Hilyah Auliya 1 /203, lihat Ma'alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal.
70)
Demikian pula kalau kita tengok perjalanan para ulama salaf, mereka sangat perhatian dalam masalah
hati. Menjaga hati dari segala noda kotoran merupakan asas segala kebaikan, mengotori dan tidak
perhatian terhadap hati merupakan sumber segala bencana. Simaklah perkataan para ulama kita berikut
ini.
Hasan al-Bashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata: "Obatilah hatimu, karena kebutuhan Alloh kepada hamba-Nya terletak
pada baiknya hati." (Hilyah Auliya 2/157, lihat Ma'alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal. 70)
Imam Ibnul Qayyim ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata: "Amalan-amalan hati adalah pokok dari semua
perkara,sedangkanamal-an anggota badan adalah sebagai pengikut, pelengkap, dan penyem-purnanya.
Niat dalam hati ibarat ruh dalam jasad, sedangkan amal per-buatan ibarat jasadnya. Apabila ruh berpisah
dari jasad, akan membawa pada kematian. Demikian pula amal perbuatan jika tidak diiringi dengan niat
maka amalannya sia-sia belaka. Oleh karena itu, mengetahui hukum-hukum hati lebih utama daripada
mengetahui hukum-hukum anggota badan, karena hati adalah asasnya sedangkan anggota badan adalah
cabang darinya." (Bada'i Fawaid 3/224)
Imam asy-Syathibi ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ mengatakan: "Amalan-amalan lahiriah yang terlihat adalah indikasi apa yang
ada di dalam batin. Apabila lahiriahnya jelek maka batinnya dihukumi seperti itu pula. Namun apabila
lahiriahnya istiqamah maka itu adalah pertanda bagusnya batin seseorang. Ini merupakan kaidah yang
umum pada masalah fiqh, seluruh hukum-hukum adat, dan praktek nyata. Bahkan perhatian pada masalah
ini sangat bermanfaat dalam syariat ini." (al-Muwafaqat 1/233)
Imam Ibnu Muflih ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ mengatakan: "Baiknya hati sumber segala kebaikan dan rusaknya hati sumber
segala kejelekan, karena Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda: 'Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu
terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan apabila ia rusak maka
rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati.' Kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki
hati-hati kita dan hati saudara kita kaum muslimin." (al-Adab asy-Syar'iyyah 3/111)
KETENANGAN HATI
Di tengah kehidupan yang katanya modern, gemerlapnya kehidupan dunia telah membuai sebagian
manusia hingga lupa kepada Alloh dan agamanya. Namun tak bisa dipungkiri, orang-orang yang hanya
mengejar dunia serta lupa akan akhirat, merekalah kelompok terbesar yang mengalami sakitnya hati.
Lihatlah keluhan yang mereka lontarkan: "Hati saya sedang gelisah, gersang, dan tidak tenang", "Aku
melakukan dosa ini demi ketenangan hati", "Ah... biarlah aku tetap begini asalkan hati ini senang dan
tenteram."
Alasan seperti itu, bukanlah dalil untuk mencari kepuasan sesaat dengan menerjang aturan dien! Apakah
dengan berdalih untuk mencari ketenangan hati lantas kita berbuat seenaknya tanpa mengindahkan
agama? Apakah karena ingin meraih bening hati boleh menerjang bid'ah seperti dzikir bersama? Ingatlah,
mengobati hati jangan serampangan dengan mengambil seribu upaya tanpa berpegang dengan wahyu
Ilahi, alih-alih ingin menggapai ketenangan hati malah beban pikiran semakin bertambah dan hati semakin
tidak karuan.
Semoga Alloh merahmati Imam Ibnul Qayyim tatkala mengatakan: "Menyucikan jiwa lebih berat dan lebih
sulit ketimbang mengobati badan. Maka, barangsiapa menyucikan jiwanya dengan cara riyaadhahah[1]
menyepi dan cara-cara lain yang tidak pernah dituntunkan oleh para rasul, dia laksana orang sakit yang
mengobati dirinya dengan akalnya sendiri. Apalah bandingannya antara akalnya dengan pengetahuan
dokter? Para rasul, mereka adalah dokternya hati.Tidak ada cara untuk menyucikan jiwa dan membagusi
hati kecuali dengan mengikuti cara yang mereka tempuh, mengikuti bimbingan mereka dengan tunduk,
patuh, dan berserah diri." (Madarijus Salikin 2/328)
1. Istilah kaum sufi, maksudnya melatih diri untuk menuju Alloh.
KIAT MENGGAPAI KETENANGAN HATI
Setelah kita pahami bersama, bahwa mencari ketenangan jiwa harus melalui bimbingan wahyu dan
petunjuk para rasul, maka berikut ini kami berikan sebagian kiat-kiat syar'i yang kami nukilkan dari
sebagian kitab para ulama. [1] Pahamilah dan resapi, semoga hati kita menjadi baik kembali.
1. Sub pembahasan ini banyak mengambil faedah dari kitab Zadul Ma'ad 2/23 karya Imam Ibnul Qayyim
dan al-Wasail al-Mufidah lil Hayatias-Saidah oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa'di dengan tambahan
referensi lainnya oleh penulis.
1. Tauhid, Iman, dan Amal Shalih
Banyak orang salah persepsi dalam memaknai kebahagian dan ketenteraman. Begitu banyak orang ya ng
menyang ka ba hwa ketenteraman itu hanya dengan harta yang banyak, makanan yang enak, rumah yang
luas, dan istri yang cantik. Sebagian yang lain mengartikan bahwa ketenangan itu tercapai apabila badan
ini sehat dan ekonomi tercukupi. Persepsi semacam ini tidak seluruhnya benar, memang manusia
difithrahkan untuk mencintai wanita, harta, dan anak-anak, tetapi hal itu bukan segala-galanya. Esensi
kebahagian dan ketenangan adalah dengan bertauhid, mengesakan Alloh, bahwa Dialah satu-satunya llah
yang berhakdiibadahi, beriman dan mengerjakan amalan shalih; hal ini sebagaimana termaktub dalam
firman-Nya:
ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤﺎً ﻣِّﻦ ﺫَﻛَﺮٍ ﺃَﻭْ ﺃُﻧﺜَﻰ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ ﻓَﻠَﻨُﺤْﻴِﻴَﻨَّﻪُ ﺣَﻴَﺎﺓً ﻃَﻴِّﺒَﺔً ﻭَﻟَﻨَﺠْﺰِﻳَﻨَّﻬُﻢْ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢ ﺑِﺄَﺣْﺴَﻦِ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍْ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami
berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.
an-Nahl [16]: 97)
Tauhid seorang insan apabila semakin kuat dan sempurna akan menambah kelapangan hati dan
ketenangan. Alloh ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berfirman:
ﺃَﻓَﻤَﻦ ﺷَﺮَﺡَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺻَﺪْﺭَﻩُ ﻟِﻠْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﻓَﻬُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻧُﻮﺭٍ ﻣِّﻦ ﺭَّﺑِّﻪِ ﻓَﻮَﻳْﻞٌ ﻟِّﻠْﻘَﺎﺳِﻴَﺔِ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ﻣِّﻦ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃُﻭْﻟَﺌِﻚَ ﻓِﻲ ﺿَﻠَﺎﻝٍ ﻣُﺒِﻴﻦٍ
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Alloh hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat
cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang keras hatinya)? Maka kecelakaan besarlah mereka yang
telah membatu hatinya dari mengingat Alloh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. az-Zumar
[39]: 22)
Firman Alloh yang lain:
ﻓَﻤَﻦ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺃَﻥ ﻳَﻬْﺪِﻳَﻪُ ﻳَﺸْﺮَﺡْ ﺻَﺪْﺭَﻩُ ﻟِﻺِﺳْﻼَﻡِ ﻭَﻣَﻦ ﻳُﺮِﺩْ ﺃَﻥ ﻳُﻀِﻠَّﻪُ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﺻَﺪْﺭَﻩُ ﺿَﻴِّﻘﺎً ﺣَﺮَﺟﺎً ﻛَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺼَّﻌَّﺪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻳَﺠْﻌَﻞُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺍﻟﺮِّﺟْﺲَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻻَ
ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
Barangsiapa yang Alloh kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan
dadanya untuk memeluk agama Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Alloh kesesatannya, niscaya
Alloh menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Alloh
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS. al-An'am [6]: 125)
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Di antara bentuknya adalah cahaya keimanan yang Alloh tanamkan pada diri
seorang hamba. Apabila cahaya ini telah tertanam, akan melapangkan dada dan membuat hati senang.
Sebaliknya apabila cahaya ini hilang maka seorang manusia akan berada dalam kesusahan dan
kesempitan, bagaikan orang yang berada dalam penjara yang sempit lagi sulit." (Zadul Ma'ad 2/24)
2. Ilmu
Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang bermanfaat, ilmu yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ , bukan ilmu duniawi atau ilmu yang dilarang seperti sihir dan lainnya.[1]
Semakin luas ilmu seseorang, semakin lapang dan tenteram pula dada dan hatinya. Apa rahasianya?
Karena orang yang berilmu akan senantiasa terbimbing menuju kebaikan, ia menjadi hamba yang paling
takut kepada Alloh. Selalu berhias dengan perangai ketaqwaan. Alloh ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berfirman:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀ
Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. (QS. Fathir [35]:
28)
Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:
ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩْ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ
Barangsiapa yang Alloh kehendaki kebaikan padanya maka Alloh akan faqihkan ia dalam agama-Nya. (HR.
Bukhari 71, Muslim 1037)
Imam Nawawi ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata: "Di dalam hadits ini ditunjukkan keutamaan ilmu dan faqih dalam agama
serta anjuran untuk menekuninya, karena ilmu dapat menuntun menuju ketaqwaan." (Syarah Shahih
Muslim 7/104)
1. Lihat Keutamaan Ilmu oleh penulis pada AL FURQ0N edisi 3/IV (1425 H).
3. Dzikir
Kebutuhan dzikir bagi hati bagaikan air bagi ikan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Dzikir bagi hati
ibarat air bagi seekor ikan, maka bagaimanakah keadaan ikan jika dipisahkan dari air?" (al-Wabilush Shaib
hal. 93)
Allah ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berfirman:
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻭَﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺃَﻻَ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏُ
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra'd [13]: 28)
Berkata Syaikh Abdurrahman as-Sa'di: "Selayaknya dan sudah menjadi keharusan bahwa hati tidak akan
tenang kecuali hanya dengan dzikir." (Taisir Karimir Rahman hal. 372)
Akan tetapi ingatlah selalu bahwa dzikir itu adalah ibadah, maka harus sesuai dengan tuntunan syar'i
dalam pelaksanaannya, tidak sebagaimana metode-metode dzikir yang berkembang dewasa ini yang jauh
dari rel syar'i. [1]
1. Lihat pula Dzikir, Kiat Meraih Ketenangan Hati pada AL FURQ0N edisi 5/IV (1425 H).
4. Berbuat Baik Kepada Manusia
Orang yang berbuat baik kepada manusia -baik dengan harta, kedudukan, dan badannya- adalah orang
yang paling bahagia dan lapang hatinya. Sedangkan orang yang bakhil, dia adalah orang yang paling
susah dan sempit jiwanya; dia sering mengeluh dan bersedih. Maka bersegeralah wahai saudaraku,
berbuat baiklah kepada sesama! Semoga Alloh memberi ganjaran yang besar kepadamu.
Alloh berfirman:
ﻻَّ ﺧَﻴْﺮَ ﻓِﻲ ﻛَﺜِﻴﺮٍ ﻣِّﻦ ﻧَّﺠْﻮَﺍﻫُﻢْ ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺼَﺪَﻗَﺔٍ ﺃَﻭْ ﻣَﻌْﺮُﻭﻑٍ ﺃَﻭْ ﺇِﺻْﻼَﺡٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻣَﻦ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﺑْﺘَﻐَﺎﺀ ﻣَﺮْﺿَﺎﺕِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻧُﺆْﺗِﻴﻪِ ﺃَﺟْﺮﺍً ﻋَﻈِﻴﻤﺎً
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi shadaqah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. an-Nisa'[4]: 114)
Syaikh Abdurrahman as-Sa'di ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ mengatakan: "Alloh mengabarkan dalam ayat yang mulia ini bahwa
perkara-perkara di atas semuanya adalah kebaikan. Kebaikan itu akan mendatangkan kebaikan dan
menolak kejelekan. Seorang muslim yang hanya mencari pahala maka Alloh akan memberinya pahala yang
besar, di antara bentuknya ialah dengan menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan segala kotoran
penyakit. (al-Wasail al-Mufidah hal. 13)
5. Hilangkan Penyakit Hati
Hati dapat merasakan sakit sebagaimana anggota tubuh lainnya. Kalau sakitnya badan perkaranya mudah,
banyak obat bisa dicari. Namun kalau hati ini telah sakit, terpenuhi racun kotoran hati maka obatnya tidak
boleh sembarangan, harus benar-benar mujarab. Oleh karena itu wahai saudaraku, jauhilah racun perusak
hati; di antaranya: banyak bergaul, bicara, makan, tidur, dan banyak memandang. [1] Perkara-perkara
semacam ini membuat hati sempit, malas, dan bahkan membawa matinya hati.
1. Lihat penjelasan yang bagus oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin 1/488-494, lihat pula AL
FURQ0N edisi 1 /IV (1425H).
6. Mentadabburi al-Qur'an
Imam Ibnul Qayyim ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ mengatakan: "Hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan keyakinan.
Tidak ada jalan untuk menggapai iman dan keyakinan kecuali dengan al-Qur'an. Karena tenang dan
tenteramnya hati termasuk keyakinannya terhadap al-Qur'an, dan guncangnya hati pertanda keraguannya.
Dengan al-Qur'an dapat tergapai keyakinan dan tertolak keraguan, sangkaan, dan kebimbangan. Maka
tidak akan tenang hati seorang muslim kecuali dengan al-Qur'an." (Madarijus Salikin 2/535)
Alloh ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berfirman: '
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻭَﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺃَﻻَ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏُ
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra'd [13]: 28)
Maka mulai detik ini, renungi dan pahamilah al-Qur'an, kaji lebih dalam lagi, jangan engkau berpaling
darinya, karena Alloh berfirman:
ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻋْﺮَﺽَ ﻋَﻦ ﺫِﻛْﺮِﻱ ﻓَﺈِﻥَّ ﻟَﻪُ ﻣَﻌِﻴﺸَﺔً ﺿَﻨﻜﺎً ﻭَﻧَﺤْﺸُﺮُﻩُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺃَﻋْﻤَﻰ
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS.Thaha [20]: 124)
OPTIMIS MENATAP MASA DEPAN
Wahai saudaraku seiman... janganlah engkau bersedih, gundah, dan resah dalam menghadapi kehidupan
ini. Ingatlah, dunia ini adalah tempat perjuangan, problematika yang menghadang hanyalah bumbu
kehidupan yang akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu dan kuatnya keimananmu. Berdo'a dan
memintalah tolong kepada Alloh dalam menghadapi persoalan hidup, bersemangatlah selalu untuk
menggapai yang bermanfaat, lupakan yang telah berlalu dan janganlah ungkit-ungkit kejadian yang telah
lewat, semangatlah dalam menghadapi hari depanmu. Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:
ﺍﺣْﺮِﺹْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻌُﻚَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻦْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻌْﺠَﺰْ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺻَﺎﺑَﻚَ ﺷَﻲْﺀٌ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﻮْ ﺃَﻧِّﻲ ﻓَﻌَﻠْﺖُ ﻛَﺎﻥَ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻗُﻞْ ﻗَﺪَﺭُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺷَﺎﺀَ ﻓَﻌَﻞَ ﻓَﺈِﻥَّ ﻟَﻮْ ﺗَﻔْﺘَﺢُ ﻋَﻤَﻞَ
ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ
Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Alloh, dan
janganlah lemah. Apabila sesuatu menimpamu maka janganlah engkau mengatakan: "Andaikan aku
mengerjakan begini niscaya akan begini dan begitu." Akan tetapi katakanlah: "Qadarulloh wama Sya'a
Fa'al (Semua ini taqdir Alloh, Dia mengerjakan apa yang Dia kehendaki)." Karena kata lau (andaikan)
membuka pintu bagi amalan setan. (HR. Muslim 2664, Ibnu Majah 79, Ahmad 2/366)
Akhirnya kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki hati-hati kita, menjadikannya bersih dari segala
kotoran, tenang, dan tenteram. Amiin.AIlohu A'lam.
Ustadz Abu Abdillah al-Atsari ﺧﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠ






Surat Yasin

Yaa siin.
QS. Yasin (36) : 1
Demi Al Qur'an yang penuh hikmah,
QS. Yasin (36) : 2
sesungguhnya kamu salah seorang dari Rasul-rasul,
QS. Yasin (36) : 3
(yang berada) di atas jalan yang lurus,
QS. Yasin (36) : 4
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa
lagi Penyayang,
QS. Yasin (36) : 5
agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-
bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu
mereka lalai.
QS. Yasin (36) : 6
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah)
terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.
QS. Yasin (36) : 7
Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher
mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena
itu mereka tengadah.
QS. Yasin (36) : 8
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang
dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga
mereka tidak dapat melihat.
QS. Yasin (36) : 9
Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan
kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan
kepada mereka, mereka tidak akan beriman.
QS. Yasin (36) : 10
Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada
orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak
melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan
ampunan dan pahala yang mulia.
QS. Yasin (36) : 11
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan
Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-
bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
QS. Yasin (36) : 12
Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk
suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka;
QS. Yasin (36) : 13
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang
utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami
kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu
berkata:" Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang-xx
diutus kepadamu ".
QS. Yasin (36) : 14
Mereka menjawab:" Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti
kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan
sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka ".
QS. Yasin (36) : 15
Mereka berkata:" Tuhan kami mengetahui bahwa
sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu.
QS. Yasin (36) : 16
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan
(perintah Allah) dengan jelas ".
QS. Yasin (36) : 17
Mereka menjawab:" Sesungguhnya kami bernasib malang
karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti
(menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu
pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami ".
QS. Yasin (36) : 18
Utusan-utusan itu berkata:" Kemalangan kamu itu adalah
karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan
(kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum
yang melampaui batas ".
QS. Yasin (36) : 19
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan
bergegas-gegas ia berkata:" Wahai kaumku, ikutilah utusan-
utusan itu,
QS. Yasin (36) : 20
ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. Yasin (36) : 21
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah
menciptakan dan yang hanya kepada-Nya kamu (semua) akan
dikembalikan?
QS. Yasin (36) : 22
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika
(Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan
terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat
sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat
menyelamatkanku?
QS. Yasin (36) : 23
Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan
yang nyata.
QS. Yasin (36) : 24
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka
dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku.
QS. Yasin (36) : 25
Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke surga". Ia berkata:
"Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
QS. Yasin (36) : 26
apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku
dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan".
QS. Yasin (36) : 27
Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia
(meninggal) suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak
Kami menurunkannya.
QS. Yasin (36) : 28
Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja;
maka tiba-tiba mereka semuanya mati.
QS. Yasin (36) : 29
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu,
tiada datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan
mereka selalu memperolok-olokkannya.
QS. Yasin (36) : 30
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat
sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya
orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali
kepada mereka.
QS. Yasin (36) : 31
Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada
Kami.
QS. Yasin (36) : 32
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka
adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami
keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka
makan.
QS. Yasin (36) : 33
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur
dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air,
QS. Yasin (36) : 34
supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang
diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka
tidak bersyukur?
QS. Yasin (36) : 35
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-
pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh
bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui.
QS. Yasin (36) : 36
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka
adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka
dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan,
QS. Yasin (36) : 37
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
QS. Yasin (36) : 38
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir)
kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
QS. Yasin (36) : 39
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing
beredar pada garis edarnya.
QS. Yasin (36) : 40
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka
adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera
yang penuh muatan,
QS. Yasin (36) : 41
dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai
seperti seperti bahtera itu.
QS. Yasin (36) : 42
Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan
mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula
mereka diselamatkan.
QS. Yasin (36) : 43
Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar
dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai
kepada suatu ketika.
QS. Yasin (36) : 44
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Takutlah kamu akan
siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya
kamu mendapat rahmat", (niscaya mereka berpaling).
QS. Yasin (36) : 45
Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari
tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan mereka
selalu berpaling daripadanya.
QS. Yasin (36) : 46
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Nafkahkanlah
sebahagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu", maka
orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang
beriman: "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-
orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan
memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam
kesesatan yang nyata".
QS. Yasin (36) : 47
Dan mereka berkata: "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari
berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?"
QS. Yasin (36) : 48
Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang
akan membinasakan mereka ketika mereka sedang
bertengkar.
QS. Yasin (36) : 49
Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak
(pula) dapat kembali kepada keluarganya.
QS. Yasin (36) : 50
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar
dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
QS. Yasin (36) : 51
Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami? Siapakah yang
membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?" Inilah
yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah
Rasul-rasul (Nya).
QS. Yasin (36) : 52
Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka
tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami.
QS. Yasin (36) : 53
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun
dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu
kerjakan.
QS. Yasin (36) : 54
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-
senang dalam kesibukan (mereka).
QS. Yasin (36) : 55
Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang
teduh, bertelekan di atas dipan-dipan.
QS. Yasin (36) : 56
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan
memperoleh apa yang mereka minta.
QS. Yasin (36) : 57
(Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat
dari Tuhan Yang Maha Penyayang.
QS. Yasin (36) : 58
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): "Berpisahlah kamu
(dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang
yang berbuat jahat.
QS. Yasin (36) : 59
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam
supaya kamu tidak menyembah syaithan? Sesungguhnya
syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu",
QS. Yasin (36) : 60
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.
QS. Yasin (36) : 61
Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian
besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan?
QS. Yasin (36) : 62
Inilah Jahannam yang dahulu kamu di ancam (dengannya).
QS. Yasin (36) : 63
Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu
mengingkarinya.
QS. Yasin (36) : 64
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah
kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki
mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
QS. Yasin (36) : 65
Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan
penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba
(mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat (nya).
QS. Yasin (36) : 66
Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami robah mereka di
tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan
lagi dan tidak (pula) sanggup kembali.
QS. Yasin (36) : 67
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya
Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah
mereka tidak memikirkan?
QS. Yasin (36) : 68
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad)
dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur'an itu tidak
lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan,
QS. Yasin (36) : 69
supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-
orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan
azab) terhadap orang-orang kafir.
QS. Yasin (36) : 70
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami
telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu
sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan
kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?
QS. Yasin (36) : 71
Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka;
maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan
sebahagiannya mereka makan.
QS. Yasin (36) : 72
Dan mereka memperoleh padanya manfaat dan minuman.
Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?
QS. Yasin (36) : 73
Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar
mereka mendapat pertolongan.
QS. Yasin (36) : 74
Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; padahal
berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk
menjaga mereka.
QS. Yasin (36) : 75
Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu.
Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka nyatakan.
QS. Yasin (36) : 76
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami
menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia
menjadi penantang yang nyata!
QS. Yasin (36) : 77
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa
kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?"
QS. Yasin (36) : 78
Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha
Mengetahui tentang segala makhluk,
QS. Yasin (36) : 79
yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang
hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu."
QS. Yasin (36) : 80
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu
berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia
berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
QS. Yasin (36) : 81
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.
QS. Yasin (36) : 82
Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas
segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
QS. Yasin (36) : 83