Selasa, 25 Juni 2013

mendalami ilmu agama

USAHA MENJAGA HATI
Begitu banyak dalil-dalil dari al-Qur'an dan Sunnah yang berbicara masalah hati, menganjurkan agar
senantiasa bersih dan suci. Ingatlah wahai saudaraku, engkau akan dimintai pertanggungjawaban tentang
hatimu, bacalah firman Alloh ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berikut ini:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ ﻭَﺍﻟْﺒَﺼَﺮَ ﻭَﺍﻟْﻔُﺆَﺍﺩَ ﻛُﻞُّ ﺃُﻭﻟـﺌِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﺴْﺆُﻭﻻً
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
(QS.al-lsra'[17]:36)
Maksudnya, setiap anggota badan yang disebutkan di dalam ayat ini akan ditanya tentang apa yang ia
perbuat, hatinya ditanya tentang apa yang terlintas dan ia pikirkan serta yakini, pendengaran dan
penglihatan akan ditanya dari yang ia lihat dan ia dengar. (al-Jami' li Ahkamil Qur'an 5/169)
Hati ini ibarat raja dalam sebuah jasad, baik buruknya tingkah polah seorang insan tergantung hatinya.
Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:
ﺃَﻻَ ﻭَﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪِ ﻣُﻀْﻐَﺔً ﺇِﺫَﺍ ﺻَﻠَﺤَﺖْ ﺻَﻠَﺢَ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪُ ﻛُﻠُّﻪُ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻓَﺴَﺪَﺕْ ﻓَﺴَﺪَ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪُ ﻛُﻠُّﻪُ ﺃَﻻَ ﻭَﻫِﻲَ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐُ
Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula
seluruh jasadnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati. (HR.
Bukhari 52, Muslim 1599)
Sahabat mulia Abu Hurairah ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ mengatakan: "Hati ibarat seorang raja dan anggota badan sebagai
prajuritnya. Apabila rajanya baik, maka baik pula seluruh prajuritnya. Apabila rajanya jelek, maka jelek pula
seluruh prajuritnya." (Majmu' Fatawa 10/15)
Sahabat yang lain, Salman al-Farisi ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ mengatakan: "Setiap orang mempunyai amalan yang lahir
dan batin. Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya maka Alloh akan membagusi amalan lahirnya,
sebaliknya barangsiapa yang mengotori amalan batinnya maka Alloh akan merusak amalan lahirnya." (Az-
Zuhd oleh Imam Ibnul Mubarak hal. 17, Hilyah Auliya 1 /203, lihat Ma'alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal.
70)
Demikian pula kalau kita tengok perjalanan para ulama salaf, mereka sangat perhatian dalam masalah
hati. Menjaga hati dari segala noda kotoran merupakan asas segala kebaikan, mengotori dan tidak
perhatian terhadap hati merupakan sumber segala bencana. Simaklah perkataan para ulama kita berikut
ini.
Hasan al-Bashri ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata: "Obatilah hatimu, karena kebutuhan Alloh kepada hamba-Nya terletak
pada baiknya hati." (Hilyah Auliya 2/157, lihat Ma'alim fi Suluk wa Tazkiyah Nufus hal. 70)
Imam Ibnul Qayyim ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata: "Amalan-amalan hati adalah pokok dari semua
perkara,sedangkanamal-an anggota badan adalah sebagai pengikut, pelengkap, dan penyem-purnanya.
Niat dalam hati ibarat ruh dalam jasad, sedangkan amal per-buatan ibarat jasadnya. Apabila ruh berpisah
dari jasad, akan membawa pada kematian. Demikian pula amal perbuatan jika tidak diiringi dengan niat
maka amalannya sia-sia belaka. Oleh karena itu, mengetahui hukum-hukum hati lebih utama daripada
mengetahui hukum-hukum anggota badan, karena hati adalah asasnya sedangkan anggota badan adalah
cabang darinya." (Bada'i Fawaid 3/224)
Imam asy-Syathibi ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ mengatakan: "Amalan-amalan lahiriah yang terlihat adalah indikasi apa yang
ada di dalam batin. Apabila lahiriahnya jelek maka batinnya dihukumi seperti itu pula. Namun apabila
lahiriahnya istiqamah maka itu adalah pertanda bagusnya batin seseorang. Ini merupakan kaidah yang
umum pada masalah fiqh, seluruh hukum-hukum adat, dan praktek nyata. Bahkan perhatian pada masalah
ini sangat bermanfaat dalam syariat ini." (al-Muwafaqat 1/233)
Imam Ibnu Muflih ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ mengatakan: "Baiknya hati sumber segala kebaikan dan rusaknya hati sumber
segala kejelekan, karena Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda: 'Ketahuilah bahwasanya di dalam jasad itu
terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh jasadnya dan apabila ia rusak maka
rusak pula seluruh jasadnya, ketahuilah dia adalah hati.' Kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki
hati-hati kita dan hati saudara kita kaum muslimin." (al-Adab asy-Syar'iyyah 3/111)
KETENANGAN HATI
Di tengah kehidupan yang katanya modern, gemerlapnya kehidupan dunia telah membuai sebagian
manusia hingga lupa kepada Alloh dan agamanya. Namun tak bisa dipungkiri, orang-orang yang hanya
mengejar dunia serta lupa akan akhirat, merekalah kelompok terbesar yang mengalami sakitnya hati.
Lihatlah keluhan yang mereka lontarkan: "Hati saya sedang gelisah, gersang, dan tidak tenang", "Aku
melakukan dosa ini demi ketenangan hati", "Ah... biarlah aku tetap begini asalkan hati ini senang dan
tenteram."
Alasan seperti itu, bukanlah dalil untuk mencari kepuasan sesaat dengan menerjang aturan dien! Apakah
dengan berdalih untuk mencari ketenangan hati lantas kita berbuat seenaknya tanpa mengindahkan
agama? Apakah karena ingin meraih bening hati boleh menerjang bid'ah seperti dzikir bersama? Ingatlah,
mengobati hati jangan serampangan dengan mengambil seribu upaya tanpa berpegang dengan wahyu
Ilahi, alih-alih ingin menggapai ketenangan hati malah beban pikiran semakin bertambah dan hati semakin
tidak karuan.
Semoga Alloh merahmati Imam Ibnul Qayyim tatkala mengatakan: "Menyucikan jiwa lebih berat dan lebih
sulit ketimbang mengobati badan. Maka, barangsiapa menyucikan jiwanya dengan cara riyaadhahah[1]
menyepi dan cara-cara lain yang tidak pernah dituntunkan oleh para rasul, dia laksana orang sakit yang
mengobati dirinya dengan akalnya sendiri. Apalah bandingannya antara akalnya dengan pengetahuan
dokter? Para rasul, mereka adalah dokternya hati.Tidak ada cara untuk menyucikan jiwa dan membagusi
hati kecuali dengan mengikuti cara yang mereka tempuh, mengikuti bimbingan mereka dengan tunduk,
patuh, dan berserah diri." (Madarijus Salikin 2/328)
1. Istilah kaum sufi, maksudnya melatih diri untuk menuju Alloh.
KIAT MENGGAPAI KETENANGAN HATI
Setelah kita pahami bersama, bahwa mencari ketenangan jiwa harus melalui bimbingan wahyu dan
petunjuk para rasul, maka berikut ini kami berikan sebagian kiat-kiat syar'i yang kami nukilkan dari
sebagian kitab para ulama. [1] Pahamilah dan resapi, semoga hati kita menjadi baik kembali.
1. Sub pembahasan ini banyak mengambil faedah dari kitab Zadul Ma'ad 2/23 karya Imam Ibnul Qayyim
dan al-Wasail al-Mufidah lil Hayatias-Saidah oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa'di dengan tambahan
referensi lainnya oleh penulis.
1. Tauhid, Iman, dan Amal Shalih
Banyak orang salah persepsi dalam memaknai kebahagian dan ketenteraman. Begitu banyak orang ya ng
menyang ka ba hwa ketenteraman itu hanya dengan harta yang banyak, makanan yang enak, rumah yang
luas, dan istri yang cantik. Sebagian yang lain mengartikan bahwa ketenangan itu tercapai apabila badan
ini sehat dan ekonomi tercukupi. Persepsi semacam ini tidak seluruhnya benar, memang manusia
difithrahkan untuk mencintai wanita, harta, dan anak-anak, tetapi hal itu bukan segala-galanya. Esensi
kebahagian dan ketenangan adalah dengan bertauhid, mengesakan Alloh, bahwa Dialah satu-satunya llah
yang berhakdiibadahi, beriman dan mengerjakan amalan shalih; hal ini sebagaimana termaktub dalam
firman-Nya:
ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺻَﺎﻟِﺤﺎً ﻣِّﻦ ﺫَﻛَﺮٍ ﺃَﻭْ ﺃُﻧﺜَﻰ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ ﻓَﻠَﻨُﺤْﻴِﻴَﻨَّﻪُ ﺣَﻴَﺎﺓً ﻃَﻴِّﺒَﺔً ﻭَﻟَﻨَﺠْﺰِﻳَﻨَّﻬُﻢْ ﺃَﺟْﺮَﻫُﻢ ﺑِﺄَﺣْﺴَﻦِ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍْ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami
berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS.
an-Nahl [16]: 97)
Tauhid seorang insan apabila semakin kuat dan sempurna akan menambah kelapangan hati dan
ketenangan. Alloh ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berfirman:
ﺃَﻓَﻤَﻦ ﺷَﺮَﺡَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺻَﺪْﺭَﻩُ ﻟِﻠْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﻓَﻬُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻧُﻮﺭٍ ﻣِّﻦ ﺭَّﺑِّﻪِ ﻓَﻮَﻳْﻞٌ ﻟِّﻠْﻘَﺎﺳِﻴَﺔِ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ﻣِّﻦ ﺫِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃُﻭْﻟَﺌِﻚَ ﻓِﻲ ﺿَﻠَﺎﻝٍ ﻣُﺒِﻴﻦٍ
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Alloh hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat
cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang keras hatinya)? Maka kecelakaan besarlah mereka yang
telah membatu hatinya dari mengingat Alloh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (QS. az-Zumar
[39]: 22)
Firman Alloh yang lain:
ﻓَﻤَﻦ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺃَﻥ ﻳَﻬْﺪِﻳَﻪُ ﻳَﺸْﺮَﺡْ ﺻَﺪْﺭَﻩُ ﻟِﻺِﺳْﻼَﻡِ ﻭَﻣَﻦ ﻳُﺮِﺩْ ﺃَﻥ ﻳُﻀِﻠَّﻪُ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﺻَﺪْﺭَﻩُ ﺿَﻴِّﻘﺎً ﺣَﺮَﺟﺎً ﻛَﺄَﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺼَّﻌَّﺪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻳَﺠْﻌَﻞُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺍﻟﺮِّﺟْﺲَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻻَ
ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
Barangsiapa yang Alloh kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan
dadanya untuk memeluk agama Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Alloh kesesatannya, niscaya
Alloh menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Alloh
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS. al-An'am [6]: 125)
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Di antara bentuknya adalah cahaya keimanan yang Alloh tanamkan pada diri
seorang hamba. Apabila cahaya ini telah tertanam, akan melapangkan dada dan membuat hati senang.
Sebaliknya apabila cahaya ini hilang maka seorang manusia akan berada dalam kesusahan dan
kesempitan, bagaikan orang yang berada dalam penjara yang sempit lagi sulit." (Zadul Ma'ad 2/24)
2. Ilmu
Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang bermanfaat, ilmu yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ , bukan ilmu duniawi atau ilmu yang dilarang seperti sihir dan lainnya.[1]
Semakin luas ilmu seseorang, semakin lapang dan tenteram pula dada dan hatinya. Apa rahasianya?
Karena orang yang berilmu akan senantiasa terbimbing menuju kebaikan, ia menjadi hamba yang paling
takut kepada Alloh. Selalu berhias dengan perangai ketaqwaan. Alloh ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berfirman:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺨْﺸَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀ
Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. (QS. Fathir [35]:
28)
Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:
ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩْ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ
Barangsiapa yang Alloh kehendaki kebaikan padanya maka Alloh akan faqihkan ia dalam agama-Nya. (HR.
Bukhari 71, Muslim 1037)
Imam Nawawi ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ berkata: "Di dalam hadits ini ditunjukkan keutamaan ilmu dan faqih dalam agama
serta anjuran untuk menekuninya, karena ilmu dapat menuntun menuju ketaqwaan." (Syarah Shahih
Muslim 7/104)
1. Lihat Keutamaan Ilmu oleh penulis pada AL FURQ0N edisi 3/IV (1425 H).
3. Dzikir
Kebutuhan dzikir bagi hati bagaikan air bagi ikan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Dzikir bagi hati
ibarat air bagi seekor ikan, maka bagaimanakah keadaan ikan jika dipisahkan dari air?" (al-Wabilush Shaib
hal. 93)
Allah ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berfirman:
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻭَﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺃَﻻَ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏُ
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra'd [13]: 28)
Berkata Syaikh Abdurrahman as-Sa'di: "Selayaknya dan sudah menjadi keharusan bahwa hati tidak akan
tenang kecuali hanya dengan dzikir." (Taisir Karimir Rahman hal. 372)
Akan tetapi ingatlah selalu bahwa dzikir itu adalah ibadah, maka harus sesuai dengan tuntunan syar'i
dalam pelaksanaannya, tidak sebagaimana metode-metode dzikir yang berkembang dewasa ini yang jauh
dari rel syar'i. [1]
1. Lihat pula Dzikir, Kiat Meraih Ketenangan Hati pada AL FURQ0N edisi 5/IV (1425 H).
4. Berbuat Baik Kepada Manusia
Orang yang berbuat baik kepada manusia -baik dengan harta, kedudukan, dan badannya- adalah orang
yang paling bahagia dan lapang hatinya. Sedangkan orang yang bakhil, dia adalah orang yang paling
susah dan sempit jiwanya; dia sering mengeluh dan bersedih. Maka bersegeralah wahai saudaraku,
berbuat baiklah kepada sesama! Semoga Alloh memberi ganjaran yang besar kepadamu.
Alloh berfirman:
ﻻَّ ﺧَﻴْﺮَ ﻓِﻲ ﻛَﺜِﻴﺮٍ ﻣِّﻦ ﻧَّﺠْﻮَﺍﻫُﻢْ ﺇِﻻَّ ﻣَﻦْ ﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺼَﺪَﻗَﺔٍ ﺃَﻭْ ﻣَﻌْﺮُﻭﻑٍ ﺃَﻭْ ﺇِﺻْﻼَﺡٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻣَﻦ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﺫَﻟِﻚَ ﺍﺑْﺘَﻐَﺎﺀ ﻣَﺮْﺿَﺎﺕِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﻧُﺆْﺗِﻴﻪِ ﺃَﺟْﺮﺍً ﻋَﻈِﻴﻤﺎً
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi shadaqah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. an-Nisa'[4]: 114)
Syaikh Abdurrahman as-Sa'di ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ mengatakan: "Alloh mengabarkan dalam ayat yang mulia ini bahwa
perkara-perkara di atas semuanya adalah kebaikan. Kebaikan itu akan mendatangkan kebaikan dan
menolak kejelekan. Seorang muslim yang hanya mencari pahala maka Alloh akan memberinya pahala yang
besar, di antara bentuknya ialah dengan menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan segala kotoran
penyakit. (al-Wasail al-Mufidah hal. 13)
5. Hilangkan Penyakit Hati
Hati dapat merasakan sakit sebagaimana anggota tubuh lainnya. Kalau sakitnya badan perkaranya mudah,
banyak obat bisa dicari. Namun kalau hati ini telah sakit, terpenuhi racun kotoran hati maka obatnya tidak
boleh sembarangan, harus benar-benar mujarab. Oleh karena itu wahai saudaraku, jauhilah racun perusak
hati; di antaranya: banyak bergaul, bicara, makan, tidur, dan banyak memandang. [1] Perkara-perkara
semacam ini membuat hati sempit, malas, dan bahkan membawa matinya hati.
1. Lihat penjelasan yang bagus oleh Imam Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin 1/488-494, lihat pula AL
FURQ0N edisi 1 /IV (1425H).
6. Mentadabburi al-Qur'an
Imam Ibnul Qayyim ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ mengatakan: "Hati tidak akan tenang kecuali dengan iman dan keyakinan.
Tidak ada jalan untuk menggapai iman dan keyakinan kecuali dengan al-Qur'an. Karena tenang dan
tenteramnya hati termasuk keyakinannya terhadap al-Qur'an, dan guncangnya hati pertanda keraguannya.
Dengan al-Qur'an dapat tergapai keyakinan dan tertolak keraguan, sangkaan, dan kebimbangan. Maka
tidak akan tenang hati seorang muslim kecuali dengan al-Qur'an." (Madarijus Salikin 2/535)
Alloh ﻋﺰّﻭﺟﻞّ berfirman: '
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻭَﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺃَﻻَ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏُ
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra'd [13]: 28)
Maka mulai detik ini, renungi dan pahamilah al-Qur'an, kaji lebih dalam lagi, jangan engkau berpaling
darinya, karena Alloh berfirman:
ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﻋْﺮَﺽَ ﻋَﻦ ﺫِﻛْﺮِﻱ ﻓَﺈِﻥَّ ﻟَﻪُ ﻣَﻌِﻴﺸَﺔً ﺿَﻨﻜﺎً ﻭَﻧَﺤْﺸُﺮُﻩُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺃَﻋْﻤَﻰ
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. (QS.Thaha [20]: 124)
OPTIMIS MENATAP MASA DEPAN
Wahai saudaraku seiman... janganlah engkau bersedih, gundah, dan resah dalam menghadapi kehidupan
ini. Ingatlah, dunia ini adalah tempat perjuangan, problematika yang menghadang hanyalah bumbu
kehidupan yang akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu dan kuatnya keimananmu. Berdo'a dan
memintalah tolong kepada Alloh dalam menghadapi persoalan hidup, bersemangatlah selalu untuk
menggapai yang bermanfaat, lupakan yang telah berlalu dan janganlah ungkit-ungkit kejadian yang telah
lewat, semangatlah dalam menghadapi hari depanmu. Rasulullah ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda:
ﺍﺣْﺮِﺹْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻌُﻚَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻦْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻌْﺠَﺰْ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺻَﺎﺑَﻚَ ﺷَﻲْﺀٌ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﻮْ ﺃَﻧِّﻲ ﻓَﻌَﻠْﺖُ ﻛَﺎﻥَ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻗُﻞْ ﻗَﺪَﺭُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﺷَﺎﺀَ ﻓَﻌَﻞَ ﻓَﺈِﻥَّ ﻟَﻮْ ﺗَﻔْﺘَﺢُ ﻋَﻤَﻞَ
ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ
Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Alloh, dan
janganlah lemah. Apabila sesuatu menimpamu maka janganlah engkau mengatakan: "Andaikan aku
mengerjakan begini niscaya akan begini dan begitu." Akan tetapi katakanlah: "Qadarulloh wama Sya'a
Fa'al (Semua ini taqdir Alloh, Dia mengerjakan apa yang Dia kehendaki)." Karena kata lau (andaikan)
membuka pintu bagi amalan setan. (HR. Muslim 2664, Ibnu Majah 79, Ahmad 2/366)
Akhirnya kita memohon kepada Alloh agar memperbaiki hati-hati kita, menjadikannya bersih dari segala
kotoran, tenang, dan tenteram. Amiin.AIlohu A'lam.
Ustadz Abu Abdillah al-Atsari ﺧﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠ






Tidak ada komentar:

Posting Komentar