Kamis, 17 Mei 2018

Pembunuh Sayyidina Ali Karromallohu Wajhah Adalah Yg Rajin Ibadah dan Hafal Al Qur'an

Hari ini saya membaca  kembali sejarah terbunuhnya Sayidina Ali.k.w. sangat tragis... wafatnya Pria pertama yang masuk islam ini dibunuh oleh seorang pria yang hafal quran, gemara tahajud dan puasa namun dangkal ilmunya dan memiliki semangat membela agama. Di kitab tarikh At Thabari dijelaskan sosok pembunuh Sayidina Ali bernama Abdurrahman Bin Muljam. Ia adalah seorang hafal quran (hafizh), "qaimun fil layl wa shaimun fin nahr" menghabiskan waktu malam dengan shalat,dan melalui siang dengan berpuasa. Dijidatnya terdapat hitam-hitam dan gamisnya tidak menyentuh mata kaki.

Walaupun amaliyah ibadahnya baik,tetapi tidak diimbangi dengan ilmu dan akhlak yang mumpuni. Sebab ia hanya sekedar hafal al quran tetapi tidak memahami kandungan isinya. Kuantitasnya beribadah dengan shalat malam dan puasa setiap hari tetapi kualitas shalat dan puasanya tidak diperbaiki. Begitu juga dengan kualitas ilmu dan akhlaknya yang dangkal. Sehingga ia menganggap bahwa hafalan qur'annya, amaliyah shalat malam dan puasanya cukup untuk menjadikan dirinya orang yang pintar dan soleh. 


Abdurrahman bin Muljam memiliki semangat membela agama yang tinggi. Ia pun bergabung dalam golongan politik Khawarij yang menganggap pemerintahan Ali bin Abi Thalib sebagai pemerintahan yang thaghut, Ali bin Abi Thalib adalah kafir karena dianggap mereka tidak menjalankan pemerintahan sesuai dengan syariat Islam. Mereka pun berdalil sesuai dengan ayat "wa man lam yahkum bima anzalallahu fa ulaa ika humul kaafiruun... zhalimuun... fasiquuun" barangsiapa yang tdk menjalankan hukum yg diturunkan Allah mereka adalah kafiir... zhalim...fasiq.


Karena hal ini kaum Khawarij menugaskan beberapa orang untuk membunuh Ali bin Abi Thalib, Abu Musa al Asy'ari, Muawiyah bin Abi Shufyan,dan Amr bin Ash. Adapun orang yg ditugaskan membunuh Sayyidina Ali adalah Abdurrahman bin Muljam,seorang hafizh.


Disaat hendak melakukan shalat subuh Sayyidina Ali k.w ditikam dari belakang. Dalam menjalankan tugasnya itu mulut Ibnu Muljam berkata:

“Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu dilanjutkan dengan membaca surat Al Baqarah ayat 207:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” 

Hari itu adalah 7 Ramadhan. Ruh sahabat yang dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu lepas di tangan seorang muslim yg hafal qur'an,rajin shalat malam dan rajin puasa tapi dangkal ilmu dan bejad akhlaknya. Sayyidina Ali terbunuh atas nama hukum Allah (syariat). Abdurrahman bin Muljam meyakini bahwa aksinya membunuh Sayyidina Ali merupakam amaliyah jihad fi sabilillah. 

"Tahfizh" qura'annya tidak membuat dirinya soleh karena tidak menggali isi kandunganya. Shalat malam yg dilakukannya tidak berefek pada pencegahan perbuatan keji dan mungkar. Puasa yg dilakukannya tidak membuat dirinya berakhlak baik (sombong dan merasa paling benar). Dan hampir semua anggota Khawarij berkarakter seperti Ibnu Muljam. Padahal jika dibandingkan dengan kualitas ilmu dan akhlaknya Sayyidina Ali sangatlah jauh.


Sayyidina Ali pun seorang hafal qur'an (hafizh), ilmunya mumpuni bahkan dijuluki Rasulullah saw sebagai pintu gerbangnya ilmu. Dijamin masuk surga, akhlaknya sangat mulia. Pernah beliau hampir ketinggalan shalat jamaah subuh hanya karena berjalan tidak mau mendahului orang tua yg didepannya.

Fenomena Abdurrahman bin Muljam ternyata muncul kembali dijaman sekarang..bahkan tidak hanya di Arab sana tetapi juga di negeri kita Indonesia.


Banyak orang yg memiliki semangat dlm membela hukum Allah, tetapi salah dalam objek dan persepsi... ulama difitnah, dikafir2kan, dihina, bahkan dijadikan olok2. Sebaliknya kaum yg akhlaknya morat marit, kaum yg baru kenal islam dan kaum pengagum formalisme-assesoris diagung-agungkan padahal ilmu dan wawasan agamanya dangkal. Negara yg sudah berdiri dengan syah di thogut2kan bahkan ingin dirusak dan dihancurkan... kaum yg berakhlak tidak terpuji dan membahayakan, membuat masyarakat resah bahkan merusakpun dielu-eluka . Mengajak jihad tapi salah arah dan salah objek. Apakah Ibnu muljam berhasil mengkader generasi2 Islam kini? Apakah para generasi islam lebih tertarik sosok Ibnu Muljam dibanding Sayidina Ali? Sepertinya begitu... waspadahal....!


Dan.


Munkin perlu saya tambah lg..monggo di fahami


Ibnu Muljam, Pembela Islam yang Kebablasan


“Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”


Teriakan itu menggema ketika Abdurrahman bin Muljam Al Murodi menebas leher sahabat Ali bin Abi Thalib, karomallahu wajhah. Subuh 7 Ramadhan itu duka menyelimuti hati kaum muslimin. Nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang saudara sesama muslim. Ali terbunuh atas nama hukum Allah dan demi surga yang entah kelak akan menjadi milik siapa.


Tidak berhenti sampai disana, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207:


وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ


“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”


Sebagai hukuman atas aksinya mencabut nyawa seorang khalifah, Ibnu Muljam kemudian dieksekusi mati dengan cara qishas. Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh drama. Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:


“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus. Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”


Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut suami sayyidah Fathimah, sepupu Rasulullah, dan ayah dari Hasan dan Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah. Seorang ahli surga harus meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Allah.


Potret Ibnu Muljam adalah realita yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern. Generasi pemuda yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat memprovokasikan untuk berjihad di jalan Allah dengan cara memerangi, dan bahkan membunuh nyawa sesama kaum muslimin.


Siapa sebenarnya Ibnu Muljam? Dia adalah lelaki yang shalih, zahid dan bertakwa dan mendapat julukan Al-Maqri’. Sang pencabut nyawa Sayyidina Ali itu seorang huffadz alias penghafal Alquran dan sekaligus orang yang mendorong sesama muslim untuk menghafalkan kitab suci tersebut.


Khalifah Umar bin Khattab pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk negeri piramida itu. Dalam pernyataannya, Khalifah Umar bin Khattab bahkan menyatakan:

“Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Alquran kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash” kata Umar.


Meskipun Ibnu Muljam hafal Alquran, bertaqwa dan rajin beribadah, tapi semua itu tidak bermanfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, tidak membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya. Afiliasinya kepada sekte Khawarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit. Ibnu Muljam menetapkan klaim terhadap surga Allah dengan sangat tergesa-gesa dan dangkal. Sehingga dia dengan sembrono melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Alangkah menyedihkan karena aksi itu diklaim rangka membela ajaran Allah dan Rasulullah.


Sadarkah kita bahwa saat ini telah lahir generasi-generasi baru Ibnu Muljam yang bergerak secara massif dan terstruktur. Mereka adalah kalangan saleh yag menyuarakan khilafah dan pembebasan umat Islam dari kesesatan. Mereka menawarkan jalan kebenaran menuju surga Allah dengan cara mengkafirkan sesama muslim. Ibnu Muljam gaya baru ini lahir dan bergerak secara berkelompok untuk meracuni generasi-generasi muda Indonesia. Sehingga mereka dengan mudah mengkafirkan sesama muslim, mereka dengan enteng menyesatkan kiai dan ulama.


Raut wajah mereka memancarkan kesalehan yang bahkan tampak pada bekas sujud di dahi. Mereka senantiasa membaca Alquran di waktu siang dan malam. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi. Rasulullah dalam sebuah hadits telah meramalkan kelahiran generasi Ibnu Muljam ini:


Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Alquran. Dimana bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Alquran dan mereka menyangka bahwa Alquran itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Alquran itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya. (Sahih Muslim)


Kebodohan mengakibatkan mereka merasa berjuang membela kepentingan agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang memerangi Islam dan kaum muslimin. Wahai kaum muslimin, waspadalah pada gerakan generasi Ibnu Muljam. Mari kita siapkan generasi muda kita agar tidak diracuni oleh golongan Ibnu Muljam gaya baru. Islam itu agama Rohmatan Lil Alamin. Islam itu agama keselamatan. Islam itu merangkul, dan bukan memukul. Ihdinasshiratal mustaqim….(*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar