Selasa, 05 Mei 2020

20. SURAT THAHA


تَفْسِيرُ سُورَةِ طه

Makkiyyah, 135 ayat Kecuali ayat 20 dan 121 Madaniyyah Turun sesudah Surat Maryam

Imamul Aimmah Muhammad ibnu Ishaq ibnu Khuzaimah telah meriwayatkan di dalam Kitdbut Tauhi:

عَنْ زِيَادِ بْنِ أَيُّوبَ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْمُنْذِرِ الحِزَامي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُهَاجِرِ بْنِ مِسْمَارٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ حَفْصِ بْنِ ذَكْوَان، عَنْ مَوْلَى الحُرقة -يَعْنِي عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ يَعْقُوبَ -عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: " إِنَّ اللَّهَ قَرَأَ " طه " وَ " يس " قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفِ عَامٍ، فَلَمَّا سَمِعَتِ الْمَلَائِكَةُ قَالُوا: طُوبَى لِأَمَةٍ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ هَذَا وَطُوبَى لِأَجْوَافٍ تَحْمِلُ هَذَا، وَطُوبَى لِأَلْسُنٍ تَتَكَلَّمُ بِهَذَا "

dari Ziyad ibnu Ayyub, dari Ibrahim ibnul Munzir Al-Khuzami, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhajir ibnu Mismar, dari Umar ibnu Hafs ibnuZakwan, dari Maula Al-Harqah (yakni Abdur Rahman ibnu Ya'qub), dari Abu Hurairah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah membaca surat Thaha dan surat Yasin seribu tahun sebelum Dia menciptakan Adam. Ketika para malaikat mendengarnya, mereka mengatakan, "Beruntunglah bagi umat yang diturunkan kepada mereka surat ini. Beruntunglah bagi hati-hati yang hafal surat ini, dan beruntunglah bagi lisan-lisan yang membacanya.”

Hadis berpredikat garib, di dalam matanya terdapat nakarah (hal yang tidak dapat diterima), dan Ibrahim ibnu Muhajir serta gurunya banyak dibicarakan oleh ahli hadis akan ke-daif-annya.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Thaha, ayat 1-8

{طه (1) مَا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (2) إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى (3) تَنزيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا (4) الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (5) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى (6) وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى (7) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى (8) }

Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah,. Yang bersemayam di atas Arasy. Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang barhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al-asma-ul husna (nama-nama yang baik).

Pembahasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada per­mulaan surat-surat Al-Qur'an telah diterangkan di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Muhammad ibnu Syaibah Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Thaha artinya 'hai lelaki!'. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ata, Muhammad ibnu Ka'b, Abu Malik, Atiyyah Al-Aufi, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Abza. Mereka semua mengatakan bahwa Thaha artinya 'hai lelaki!'.

Menurut riwayat yang lain dari Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, dan As-Sauri, Thaha adalah suatu kalimat dengan bahasa Nabat yang artinya 'hai lelaki'!.

Abu Saleh mengatakan bahwa Thaha adalah kalimat yang telah diarahkan dari bahasa lain.

Al-Qadi Iyad di dalam kitabnya Asy-Syifa telah meriwayatkan melalui jalur Abdu ibnu Humaid di dalam kitab tafsirnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim. Dari Ibnu Ja'far, dari Ar-Rabi' ibnu Anas yang mengatakan bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam apabila hendak salat beliau berdiri dengan satu kaki, sedangkan kaki lainnya diangkat. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: Thaha. (Thaha: 1) Yakni hai Muhammad, jejakkanlah kedua kakimu ke bumi. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Kemudian Al-Qadi Iyad mengatakan, "Tidak samar lagi bahwa sikap tersebut mengandung pengertian yang menunjukkan penghormatan dan etika yang baik."

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{مَا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى}

Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2)

Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, bahwa ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan Al-Qur'an kepada Rasul-Nya, dan Rasul beserta para sahabatnya mengamalkannya, maka orang-orang musyrik berkata bahwa tidak sekali-kali Allah menurunkan Al-Qur'an ini kepada Muhammad me­lainkan agar dia menjadi susah. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang-orang yang takut (kepada Allah). (Thaha: 1-3)

Padahal duduk perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang didugakan oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur'an, bahkan barang siapa yang di beri ilmu oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menghendaki baginya kebaikan yang banyak, dan ilmu itu adalah wahyu Al-Qur'an. Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Mu'awiyah, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda.

"مَنْ يُرد اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهُهُ فِي الدِّينِ".

Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah menjadikannya pandai dalam agama.

Alangkah baiknya hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani sehubungan dengan hal ini. Ia mengatakan:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ زُهَيْرٍ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ سَالِمٍ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ الطَّالَقَانِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سِمَاك بْنِ حَرْبٍ، عَنْ ثَعْلَبَةَ بْنِ الْحَكَمِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "يقول اللَّهُ تَعَالَى لِلْعُلَمَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا قَعَدَ عَلَى كُرْسِيِّهِ لِقَضَاءِ عِبَادِهِ: إِنِّي لَمْ أَجْعَلْ عِلْمِي وَحِكْمَتِي فِيكُمْ إِلَّا وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أَغْفِرَ لَكُمْ عَلَى مَا كَانَ مِنْكُمْ، وَلَا أُبَالِي"

telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibrahim At-Taliqani, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Sufyan, dari Sammak ibnu Harb, dari Sa'labah ibnul Hakam yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda: Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada para ulama kelak di hari kiamat, yaitu bilamana Dia telah duduk di atas Kursi-Nya untuk menjalankan peradilan terhadap hamba-hamba-Nya, "Sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menganugerahkan ilmu dan hikmah-Ku kepada kalian, melainkan dengan maksud Aku hendak memberikan ampunan kepada kalian terhadap semua (dosa) yang kalian lakukan tanpa peduli.”

Sanad hadis berpredikat jayyid (baik), dan Sa'labah ibnul Hakam yang disebutkan dalam sanad hadis adalah Al-Laisi, disebutkan dengan sebutan yang baik oleh Abu Amr di dalam kitab Isti'ab-nya. Ia mengatakan bahwa ia tinggal di Basrah, kemudian pindah ke Kufah; dan telah mengambil riwayat darinya Sammak ibnu Harb.

Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Ayat ini semakna dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

{فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ}

karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. (Al-Muzzammil: 20)

Tersebutlah bahwa sebelumnya mereka menggantungkan tali pada dada mereka dalam salatnya (agar jangan mengantuk).

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Tidak, demi Allah, Allah tidak menjadikan Al-Qur'an baginya sebagai kesusahan. Tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat, cahaya, dan petunjuk ke surga.

{إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى}

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah). (Thaha: 3)

Sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an)-Nya dan mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat buat hamba-hamba-Nya, agar orang ingat kepada-Nya, dan mengambil manfaat dari apa yang ia dengar dari Kitabullah. Al-Qur'an adalah peringatan yang diturunkan oleh Allah, di dalamnya disebutkan halal dan haram.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{تَنزيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا}

yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Thaha: 4)

Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu, hai Muhammad, adalah dari Tuhanmu, Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya serta Yang Maha­kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya. Dialah yang menciptakan bumi yang datar lagi padat (tebal), dan Dialah yang menciptakan langit yang tinggi lagi lembut (tidak kelihatan)

Di dalam hadis yang dinilai sahih oleh Imam Turmuzi dan lain-lainnya disebutkan bahwa ketebalan setiap langit sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun. Dan antara permukaan suatu langit ke langit yang lainnya sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun.

Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah mengetengahkan Hadisul Au’lai melalui riwayat Al-Abbas, paman Rasulullah.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}

 (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah Yang istiwa di atas 'Arasy. (Thaha: 5)

Mengenai pembahasan makna istiwa telah disebutkan di dalam surat Al-A'raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam surat ini. Dan pemahaman yang lebih aman dalam mengartikan makna lafaz ini (yang menurut makna asalnya ialah bersemayam) adalah menurut pemahaman ulama Salaf, yaitu memberlakukan makna hal yang seperti ini dari KitabulIah maupun sunnah Rasul Shalallahu'alaihi Wasallam dengan pengertian yang tidak dibarengi dengan penggambaran, tidak diselewengkan, tidak diserupakan, tidak dikurangi, tidak pula dimisalkan.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى}

Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit dan yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Thaha: 6)

Yakni semua adalah milik Allah, berada dalam genggaman kekuasaan­Nya, dan berada dalam pengaturan-Nya, kehendak dan keinginan serta hukum-Nya. Dialah Yang Menciptakan semuanya, Yang Memilikinya, dan yang menjadi Tuhannya; tiada Tuhan selain Dia.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَمَا تَحْتَ الثَّرَى}

dan semua yang di bawah tanah. (Thaha: 6)

Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah semua yang ada di bawah bumi lapis ketujuh.

Al-Auza'i mengatakan, sesungguhnya Yahya ibnu Abu Kasir pernah menceritakan kepadanya bahwa Ka'b pernah ditanya, "Apakah yang ada di bawah bumi ini?" Ka'b menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab.”Tanah." Ditanyakan lagi.”Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab, "Tanah." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab, "Tanah." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab, "Tanah." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab, "Batu besar." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah batu besar?" Ka'b menjawab, "Malaikat". Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah Malaikat?" Ka'b menjawab, "Ikan yang menggantungkan buntutnya ke ' Arasy." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah ikan itu?" Ka'b menjawab, "Udara dan kegelapan," lalu terputuslah pengetahuannya sampai di sini.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ الله بن أخي بن وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاش، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ دَرَّاج، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصَّدَفي، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْأَرَضِينَ بَيْنَ كُلِّ أَرْضٍ وَالَّتِي تَلِيهَا مَسِيرَةُ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَالْعُلْيَا مِنْهَا عَلَى ظَهْرِ حُوتٍ، قَدِ الْتَقَى طَرَفَاهُ فِي السَّمَاءِ، وَالْحُوتُ عَلَى صَخْرَةٍ، وَالصَّخْرَةُ بِيَدِ الْمَلَكِ، وَالثَّانِيَةُ سِجْنُ الرِّيحِ، وَالثَّالِثَةُ فِيهَا حِجَارَةُ جَهَنَّمَ، وَالرَّابِعَةُ فِيهَا كِبْرِيتُ جَهَنَّمَ، وَالْخَامِسَةُ فِيهَا حَيَّاتُ جَهَنَّمَ وَالسَّادِسَةُ فِيهَا عَقَارِبُ جَهَنَّمَ، وَالسَّابِعَةُ فِيهَا سَقَر، وَفِيهَا إِبْلِيسُ مُصَفّد بالحديد، يد أمامه ويد خلفه، فَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُطْلِقَهُ لِمَا يَشَاءُ أَطْلَقُهُ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah keponakanku, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sulaiman, dari Darij, dari Isa ibnu Hilal As-Sadfi, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda, "Sesungguhnya bumi itu berlapis-lapis; jarak antara satu lapis dengan lapis lainnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun. Lapisan yang paling atas darinya berada di atas punggung ikan besar yang kedua sisinya (ekor dan kepalanya) bertemu di langit, sedangkan ikan itu berada di atas batu yang mahabesar, dan batu besar berada di tangan malaikat. Lapis yang kedua adalah tempat penahanan angin, lapis yang ketiga mengandung batu-batuan Jahanam, lapis yang keempat me­ngandung kibrit (fosfor) neraka Jahanam, lapis yang kelima dihuni oleh ular-ular Jahanam, lapis yang keenam dihuni oleh kalajengking Jahanam, dan lapis yang ketujuh terdapat saqar dan juga iblis yang dibelenggu dengan besi; salah satu dari tangannya dikedepankan, sedangkan yang satunya lagi dikebelakangkan; apabila Allah bermaksud melepaskannya untuk sesuatu yang dikehendaki-Nya, maka Dia melepaskannya."

Hadis ini berpredikat garib sekali. Mengenai predikat marfu'-nya masih diragukan.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْهَرَوِيُّ، عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ الْفَضْلِ [قَالَ] : قُلْتُ: ابْنُ الْفَضْلِ الْأَنْصَارِيُّ؟ قَالَ: نَعَمْ، [عَنِ الْقَاسِمِ] بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ، فَأَقْبَلْنَا رَاجِعِينَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، فَنَحْنُ مُتَفَرِّقُونَ بَيْنَ وَاحِدٍ وَاثْنَيْنِ، مُنْتَشِرِينَ، قَالَ: وَكُنْتُ فِي أَوَّلِ الْعَسْكَرِ: إِذْ عَارَضَنَا رَجُلٌ فَسَلّم ثُمَّ قَالَ: أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ؟ وَمَضَى أَصْحَابِي وَوَقَفْتُ مَعَهُ، فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قد أَقْبَلَ فِي وَسَطِ العَسْكَر عَلَى جَمَلٍ أَحْمَرَ، مُقَنَّع بِثَوْبِهِ عَلَى رَأْسِهِ مِنَ الشَّمْسِ، فَقُلْتُ: أَيُّهَا السَّائِلُ، هَذَا رَسُولُ اللَّهِ قَدْ أَتَاكَ. فَقَالَ: أَيُّهُمْ هُوَ؟ فَقُلْتُ: صَاحِبُ البَكْر الْأَحْمَرِ. فَدَنَا مِنْهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِ رَاحِلَتِهُ، فَكَفَّ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فقال: أَنْتَ مُحَمَّدٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَكَ عَنْ خِصَالٍ، لَا يَعْلَمُهُنَّ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا رَجُلٌ أَوْ رَجُلَانِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَلْ عَمَّا شِئْتَ". فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَيَنَامُ النَّبِيُّ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ". قَالَ: صَدَقْتَ. ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مِنْ أَيْنَ يُشْبِهُ الْوَلَدُ أَبَاهُ وَأُمَّهُ؟ قَالَ مَاءَ الرَّجُلِ أَبْيَضُ غَلِيظٌ، وَمَاءُ الْمَرْأَةِ أَصْفَرُ رَقِيقٌ، فَأَيُّ الْمَاءَيْنِ غَلَبَ عَلَى الْآخَرِ نَزَعَ الْوَلَدُ". فَقَالَ صَدَقْتَ. فَقَالَ: مَا لِلرَّجُلِ مِنَ الْوَلَدِ وَمَا لِلْمَرْأَةِ مِنْهُ؟ فَقَالَ: "لِلرَّجُلِ الْعِظَامُ وَالْعُرُوقُ وَالْعَصَبُ، وَلِلْمَرْأَةِ اللَّحْمُ وَالدَّمُ وَالشَّعْرُ قَالَ: صَدَقْتَ. ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَا تَحْتَ هَذِهِ، يَعْنِي الْأَرْضَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَلْقٌ". فَقَالَ: فَمَا تَحْتَهُمْ؟ قَالَ: "أَرْضٌ". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الْأَرْضِ؟ قَالَ "الْمَاءُ" قَالَ: فَمَا تَحْتَ الْمَاءِ؟ قَالَ: "ظُلْمَةٌ". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الظُّلْمَةِ؟ قَالَ: "الْهَوَاءُ". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الْهَوَاءِ؟ قَالَ: "الثَّرَى". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الثَّرَى؟ فَفَاضَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبُكَاءِ، وَقَالَ: "انْقَطَعَ عِلْمُ الْمَخْلُوقِينَ عِنْدَ عِلْمِ الْخَالِقِ، أَيُّهَا السَّائِلُ، مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ". قَالَ: فَقَالَ: صَدَقْتَ، أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيُّهَا النَّاسُ، هَلْ تَدْرُونَ مَنْ هَذَا؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "هَذَا جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab Musnad-nya, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Musa Al-Harawi, dari Al-Abbas ibnul Fadl. Abu Ya'la bertanya, "Apakah dia adalah Ibnul Fadl Al-Ansari?" Abu Musa Al-Harawi menjawab, "Ya." Dia meriwayatkan dari Al-Qasim yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam perang Tabuk. Ketika kaum muslim yang terlibat dalam perang tabuk itu pulang di hari yang panas sekali, dan kaum muslim berjalan secara berpencar. Perawi saat itu berada di bagian paling depan dari pasukan kaum muslim. Tiba-tiba ada seorang lelaki berpapasan dengan kami, lalu lelaki itu bertanya, "Siapakah di antara kalian yang bernama Muhammad?" Teman-temanku meneruskan perjalanannya, sedangkan aku berhenti meladeni lelaki itu. Tiba-tiba Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam muncul di tengah pasukan kaum muslim dengan mengendarai unta merah seraya menutupi kepalanya dari sengatan panas matahari yang terik. Lalu saya berkata kepada lelaki itu, "Hai kamu yang bertanya, inilah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah tiba menuju ke arahmu!" Lelaki itu bertanya, "Siapakah dia di antara mereka?" Aku menjawab, "orang yang mengendarai unta merah." Lelaki itu mendekatinya dan memegang tali kendali untanya. Maka unta yang dikendarai oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam berhenti, dan lelaki itu bertanya, "Engkaukah yang bernama Muhammad?" Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Ya." Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya aku hendak bertanya kepadamu tentang beberapa perkara yang tiada seorang pun dari kalangan penduduk bumi mengetahuinya kecuali hanya seorang atau dua orang saja." Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Tanyakanlah apa yang kamu kehendaki!" Lelaki itu berkata, "Hai Muhammad, apakah seorang nabi tidur?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Kedua matanya tidur, tetapi hatinya tidak tidur." Si lelaki berkata, "Engkau benar." Kemudian lelaki itu bertanya, "Hai Muhammad, mengapa anak itu mirip ayahnya dan (adakalanya) mirip ibunya?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab: Air mani lelaki putih lagi kental, sedangkan air mani wanita kuning lagi encer. Maka mana saja di antara kedua air mani itu yang mengalahkan lainnya, anak tersebut akan lebih mirip kepadanya. Lelaki itu berkata, "Engkau benar." Lalu ia bertanya, "Apa sajakah yang di­ciptakan dari air mani lelaki dan air mani perempuan dalam tubuh anaknya?" Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Air mani laki-laki membentuk tulang dan urat-urat serta otot-otot, sedangkan air mani wanita membentuk daging, darah, dan rambut. Lelaki itu berkata, "Engkau benar." Kemudian lelaki itu bertanya, "Hai Muhammad, apakah yang ada di bawah tanah ini?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Makhluk." Lelaki itu bertanya, Di bawah mereka itu ada apa?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Bumi." Lelaki itu bertanya, "Apakah yang ada di bawah bumi itu?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Air." Ia bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah air itu?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Kegelapan." Ia bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah kegelapan itu?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Udara." Ia bertanya, "Apakah yang ada di bawah udara itu?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Bumi." Ia bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah bumi itu?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menangis dan bersabda, "Hanya sampai di situlah pengetahuan makhluk bila dibanding­kan dengan pengetahuan Pencipta. Hai orang yang bertanya, tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Lelaki itu berkata, "Engkau benar, saya bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Hai manusia, tahukah kalian siapakah orang ini?" Mereka menjawab," Hanya Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui." Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda,"Orang ini adalah Jibril 'alaihissalam

Hadis berpredikat garib sekali, dan konteksnya sangat aneh, ia hanya diriwayatkan oleh Al-Qasim ibnu Abdur Rahman. Yahya ibnu Mu'in mengatakan tentangnya, bahwa ia adalah orang yang tidak pantas menjadi rawi hadis. Abu Hatim Ar-Razi menilainya daif; sedangkan menurut Ibnu Addi, Al-Qasim ibnu Abdur Rahman adalah perawi yang tidak dikenal.

Menurut kami hadis ini bercampur aduk, sesuatu dimasukkan ke dalam sesuatu yang lain, dan suatu hadis dimasukkan ke dalam hadis  lainnya menjadi satu. Dapat dikatakan bahwa perawinya sengaja melakukan pencampuradukan itu atau memasukkan ke dalamnya sesuatu yang lain. Hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebenarannya.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى}

Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7)

Yakni Al-Qur'an ini diturunkan oleh Tuhan yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, yang mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{قُلْ أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا}

Katakanlah, "Al-Qur'an ini diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Furqan: 6)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7) Yang dimaksud dengan rahasia ialah apa yang disembunyikan oleh anak Adam dalam hatinya, sedangkan yang lebih tersembunyi ialah apa yang tidak diketahui oleh anak Adam, padahal ia yang mengerjakannya. Maka Allah mengetahui kesemuanya itu. Pengetahuan Allah tentang apa yang telah berlalu dari hal ini dan apa yang akan datang meliputi semuanya, dan semua makhluk bagi Allah dalam hal ini sama dengan salah satu dari mereka. Seperti yang disebutkan oleh Firman-Nya dalam ayatyang lain, yaitu:

{مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28)

Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7) Arti sirr ialah sesuatu yang dibicarakan olehmu dalam dirimu, sedangkan akhfa ialah sesuatu yang belum kamu bicarakan dalam dirimu.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan, "Anda mengetahui apa yang Anda rahasiakan hari ini, tetapi Anda tidak akan mengetahui apa yang bakal Anda rahasiakan keesokan harinya. Allah mengetahui apa yang Anda rahasiakan hari ini dan apa yang akan Anda rahasiakan keesokan harinya.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Akhfa" bahwa yang dimaksud dengannya ialah bisikan hati. Dan ia serta Sa'id ibnu Jubair mengatakan pula bahwa akhfa artinya sesuatu yang dilakukan oleh manusia tanpa diniatkannya dahulu dalam hatinya.

*******************

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى}

Dialah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang baik). (Thaha: 8)

Yakni Tuhan Yang menurunkan Al-Qur'an kepadamu. Dialah Allah Yang tidak ada Tuhan selain Dia Yang mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang tinggi. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan asma-ul husna ini berikut keterangannya, yaitu dalam tafsir ayat-ayat terakhir dari surat Al-A'raf.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar