Kamis, 07 Mei 2020

Keutamaan ( Hikmah ) surat Surat dalam AL-Qur’an



Keutamaan Surat Ad-Dukhkhân

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhkhan pada malam hari, ia akan dimohonkan ampunan oleh seribu malaikat.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/620).

Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhkhan pada malam Jum’at, ia akan diampuni dosanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/620).

Abu Umamah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhkhan pada malam Jum’at atau hari Jum’at, ia akan dibangunkan oleh Allah rumah di surga.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/620).

Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Wahai putera Rasulullah, bagaimana cara mengetahui bahwa malam Al-Qadar itu terjadi setiap tahun? Beliau menjawab: “Jika bulan Ramadhan telah datang, maka bacalah surat Ad-Dukhkhan setiap malam seratus kali, kemudian jika malam yang ketiga belas datang maka lihatlah kebenaran apa yang kamu tanyakan.”

Imam Muhammad Al-Baqir (as): “Barangsiapa yang membaca surat Ad-Dukhkhan dalam shalat-shalat fardhu dan shalat-shalat sunnah nafilah, Allah akan membangkitkannya sebagai orang yang mendapat keamanan pada hari kiamat, menaunginya di bawah naungan arasy-Nya, mempermudah hisab amalnya, dan memberikan kepadanya catatan amalnya di tangan kanannya.” (Kitab Tawabul A’mal, hlm 141; Al-Bihar 7/295/ 20, 92/299/1).

Keutamaan Surat Ash-Shaffât

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ash-Shaffat, ia akan dikaruniai pahala sepuluh kebaikan dengan sejumlah setiap jin dan setan, dijauhkan dari godaan setan, diselamatkan dari kemusyrikan, dan pada hari kiamat dua malaikat penjaganya akan bersaksi bahwa ia mempercayai semua rasul.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/309).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Ash-Shaffat pada setiap hari Jum’at, ia akan selalu terjaga dari setiap penyakit, terselamatkan dari setiap bala’ dalam kehidupan dunia, diluaskan rizkinya; Allah tidak menimpakan pada hartanya, anaknya dan hartanya keburukan setan yang terkutuk dan keburukan orang-orang yang sombong dan zalim; dan jika ia mati pada hari itu atau malamnya, Allah akan membangkitkan dari kuburnya sebagai orang yang syahid, mematikannya sebagai orang yang syahid, dan memasukkannya ke surga bersama para syuhada’ dalam tingkatan surga.” (Tsawabul A’mal, hlm 112).

Imam Musa Al-Kazhim (sa) berkata kepada puteranya Al-Qasim: “Berdirilah wahai anakku, bacalah surat Yasin dan Ash-Shaffat sampai sempurna di sisi kepala saudaramu.” Kemudian ia membacanya. Ketika sampai pada kalimat “Ahum asyaddu khalqan am man khalaqna” (Shaffat: 11), pemuda itu meninggal. Ketika suasana hening dan mereka semua keluar, Ya`qub bin Ja`far mendekatinya dan berkata kepadanya: Kami berjanji jika ada orang yang akan meninggal kami akan membacakan di sisinya surat Yasin dan Ash-Shaffat. Kemudian Imam berkata: “Wahai anakku, tidaklah dibacakan di sisi seorang hamba yang menghadapi kesulitan dalam sakaratul mautnya kecuali Allah mempercepat kematiannya dalam keadaan bahagia. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 4/309; Al-Kafi 3/126)

Keutamaan Surat Al-Kafirun

Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kafirun, pahalanya seperti membaca seperempat Al-Qur’an, ia akan dijauhkan dari godaan setan, diselamatkan dari kemusyrikan, dan diampuni pada hari kiamat.” (Tafsir Nur Ats-Taqalayn 5/684).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kafirun dan surat Al-Ikhlash dalam shalat fardhu, Allah akan mengampuni dosanya dan dosa orang tuanya. Dan ia tidak akan melahirkan anak yang celaka, walaupun semestinya anak itu tergolong pada anak yang celaka, Allah menghapusnya dari lembaran catatan orang-orang yang celaka dan menetapkannya di lembaran catatan orang-orang yang bahagia, menghidupkannya dengan kehidupan yang bahagia, mematikannya sebagai syuhada’, dan membangkitkan (dari kuburnya) seperti orang yang syahid.” (Kitab Tsawabul A’mal, hlm 127).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata, ayahku berkata: “Surat Al-Ikhlash adalah sepertiga Al-Qur’an dan surat Al-Kafirun seperempat Al-Qur’an.” (Tafsir Nur Ats-Taqalayn 5/687).

Keutamaan Ayat Kursi

(Al-Baqarah : 255)

1. Rasulullah SAW. Bersabda : «Barangsiapa yang membaca empat ayat dari awal surat Al-Baqarah, dan ayat Kursi serta dua ayat sesudahnya, dan tiga ayat dari akhir surat, ia tidak akan melihat pada diri dan hartanya sesuatu yang tidak diinginkan, tidak didekati oleh setan, dan tidak melupa-kan Al-Qur’an. (Kitab Tsawabul A’mal 104).

2. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang membaca ayat Kursi (100 kali), maka nilainya sama dengan orang yang beribadah sepanjang hidupnya.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 1/258).

3. Rasulullah SAW. bersabda: “Ketika Allah Azza wa Jalla hendak menurunkan surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Ali-Imran 18, dan Ali-Imran 26-27, … (lihat keutamaan Surat Al-Fatihah. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/258; Tafsir Majma’ul Bayah).

4. Rasulullah SAW berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib (sa): «Wahai Ali, barangsiapa yang menderita sakit perut, maka tuliskan ayat kursi pada perutnya, dan minumlah air (yang dibacakan ayat kursi), dengan izin Allah ia akan sembuh.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/258).

5. Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Barangsiapa yang mem-baca ayat Kursi menjelang tidur, insya Allah diselamatkan dari penyakit lumpuh separuh badan; dan barangsiapa yang membacanya setiap sesudah shalat, ia akan terjaga dari bahaya penyakit demam.” (Kitab Tsawabul A’mal 105).

6. Sebagian ulama besar sufi mengatakan: “Jika ayat Kursi dibaca sebanyak jumlah nama-nama Allah, maka akan dibukakan baginya pintu-pintu Futuhat (kemenangan dan pertolongan), menjadi orang yang bahagia dan dijauhkan dari kefakiran.”

Keutamaan surat An-Nas

1. Imam Musa Al-Kazhim (sa). berkata: “Sangatlah banyak keutamaan surat ini bagi anak kecil jika padanya dibacakan surat Al-Falaq (3 kali), surat An-Nas (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali) dan jika tidak mampu (50 kali). Jika ia ingin memperoleh penjagaan diri dengan bacaan itu, ia akan terjaga sampai hari kematian men-jemputnya. (Mafatihul Jinan 479).

2. Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata bahwa Rasulullah SAW. mengadu karena sakit yang dideritanya. Kemudian Jibril AS. datang kepadanya, dan Mikail berada di dekat kakinya. Kemudian Jibril memohonkan perlindungan untuknya dengan surat Al-Falaq, dan Mikail memohonkan perlindungan untuknya dengan surat An-Nas.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/725)

3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa). berkata bahwa: “Jibril datang kepada Rasulullah SAW. ketika sedang mengadu karena sakit, lalu Jibril meruqiyah (mengobati)nya dengan surat Al-Falaq, An-Nas dan Al-Ikhlash. Jibril berkata: Dengan nama Allah aku ruqiyah kamu, Allah pasti menyembuhkan kamu dari segala penyakit, ambillah surat ini niscaya ia akan memberi kamu ketenangan dan kesembuhan. Kemudian Nabi SAW. membacanya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/725)

Keutamaan surat Al-Falaq

1. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang ingin memperoleh penjagaan Allah dari orang yang bermaksud buruk, hendaknya ketika melihat orang itu memohon perlindungan dengan kekuatan Allah Azza wa Jalla dari kekuatan makhluk-Nya, kemudian membaca surat Al-Falaq dan ayat yang difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla kepada Nabi-Nya SAW.: Fain tawallaw faqul hasbiyallâhu lâ ilâha illâ Huwa, ‘alayhi tawakkaltu wa Huwa Rabbul ‘arsyil ‘azhîm (At-Taubah: 129), niscaya Allah menyelamatkan ia dari tipu daya setiap penipu, makar setiap pemakar, dan kedengkian setiap orang yang dengki.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/717).

2. Imam Muhammad Al-Baqir (sa)1) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Falaq dan An-Nas, ia seperti membaca seluruh kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/717)

3. Imam Musa Al-Kazhim (sa)2) berkata: “Tidak ada seorang pun yang membacakan pada anak kecil setiap malam: surat Al-Falaq dan An-Nas masing-masing (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali) atau (50 kali), kecuali Allah menyingkirkan darinya setiap penyakit atau derita anak kecil: kehausan, penyakit lambung dan darah, sampai ia berusia remaja. Jika sesudah remaja ia membacanya sendiri, maka ia akan dijaga oleh Allah Azza wa Jallah sampai hari wafatnya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/717)

4. Imam Ali Ar-Ridha (sa) 3) berkata bahwa beliau pernah melihat orang yang sedang pingsan. Beliau menyuruh mengambilkan gelas yang diisi air. Kemudian beliau membaca surat Al-Fatihah, surat Al-Falaq dan An-Nas, kemudian meludahi/meniup gelas itu, lalu menyuruh menyiramkan/mengusapkan air itu pada kepala dan wajahnya. Orang yang pingsan itu sadar dan bangun. Imam berkata kepadanya: “Insya Allah penyakit itu tidak akan kembali lagi kepadamu selamanya.” (Tafsir Nur Tsaqalayn 5/718)

Keutamaan surat Al-Ikhlash

1. Rasulullah SAW. bersabda: …”Barangsiapa yang membaca surat Al-Ikhlash tiga kali, ia seperti membaca seluruh Al-Qur’an.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/702).

2. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang melewati kuburan dan membaca surat Al-Ikhlash sebelas kali, kemudian ia menghadiahkan pahalanya kepada penghuni kubur, Allah SWT memberikan pahala padanya sejumlah penghuni kubur.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/702).

3. Imam Ja`far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan tinggalkan membaca surat Al-Ikhlash sesudah shalat fardhu, karena orang yang membacanya Allah akan menggabungkan baginya kebaikan dunia dan akhirat, mengampuni dosanya, dosa kedua orang tuanya dan dosa anaknya”. (Mafatihul Jinan 478)

4. Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Ikhlash sebelas kali sesudah shalat Subuh, maka pada hari itu ia tidak akan ditakutkan oleh dosa walaupun setan berusaha keras untuk menggodanya.” (Mafatihul Jinan 77).

5. Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Aku mimpi melihat Hidhir (AS.) pada malam besoknya perang Badar. Aku berkata padanya: ajarkan padaku sesuatu yang dapat menolongku dari musuh-musuhku. Hidhir (as) berkata: bacalah: Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ Huwa. Pagi harinya aku ceritakan kepada Rasulullah SAW. Kemudian beliau bersabda: “Wahai Ali, engkau telah mengetahui Ismul A’zham (nama Allah yang paling agung).” Kemudian Ismul A’zham itu mengalir di lisanku pada hari perang Badar. Perawi hadis ini mengatakan: Imam Ali (sa) membaca surat Al-Ikhlash kemudian membaca:

يَا هُوَ يَا مَنْ لاَ هُوَ اِلاَّ هُوَ، اِغْفِرْلِي وَانْصُرْنِي عَلَى الْكَافِرِيْنَ

Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ Huwa, ighfirlî wanshurnî ‘alal kâfirîn.

Wahai Dia yang tiada dia kecuali Dia, ampuni aku dan tolonglah aku menghadapi orang-orang kafir. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/700)

6. Imam Musa Al-Kazhim (sa)1) berkata: “Sangatlah banyak keutamaan bagi anak kecil jika dibacakan padanya surat Al-Falaq (3 kali), surat An-Nas (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100 kali), jika tidak mampu (50 kali). Jika dengan bacaan itu ia ingin mendapat penjagaan, ia akan terjaga sampai hari wafatnya.” (Mafatihul Jinan 479)

KEUTAMAAN SURAT AL-FATEHAH

1. Rasulullah SAW. bersabda: “Ketika Allah Azza wa Jalla hendak menurunkan surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Ali-Imran 18, 26-27, surat dan ayat itu bergelantung di Arasy dan tidak ada hijab dengan Allah. Surat dan ayat itu berkata: Ya Rabbi, Kau akan turunkan kami ke alam dosa dan pada orang yang bermaksiat kepada-Mu, sementara kami bergelantung dengan kesucian-Mu. Allah SWT. berfirman: “Tidak ada seorang pun hamba yang membaca kalian setiap sesudah shalat kecuali Aku karuniakan padanya lingkaran kesucian di tempat ia berada, dan Aku memandangnya dengan mata-Ku yang tersembunyi setiap hari tujuh puluh kali pandangan. Jika tidak, Aku tunaikan baginya setiap hari tujuh puluh hajat yang disertai pengampunan. Jika tidak, Aku melindungi dan menolong-nya dari semua musuhnya. Dan tidak ada yang mengha-langinya untuk masuk ke surga kecuali kematian.” (Tafsir Majmaul Bayan 1/426)

2. Rasulullah SAW. bersabda bahwa Allah SWT. berfirman: “Aku membagi surat Al-Fatihah antara Aku dan hamba-Ku, separuh untuk-Ku dan separuh lagi untuk hamba-Ku.

Bagi hamba-Ku ketika ia bermohon dan membaca: Bismillahir Rahmanir Rahim, Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Hamba-Ku telah memulai dengan nama-Ku, maka berhaklah Aku untuk menyempurnakan urusannya dan memberikan keberkahan dari sisi-Ku untuk seluruh keadaannya.”

Ketika hamba-Ku membaca: Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Allah Jalla jalaluh menyatakan: “Hamba-Ku telah memuji-Ku, mengakui bahwa semua nikmat yang dimilikinya berasal dari sisi-Ku, dan semua bala’ Aku yang menyingkirkan sehingga ia merasakan itu sebagai karunia. Maka, hendaknya kalian saksikan, Aku akan menjamunya dengan kenikmatan akhirat lebih dari kenikmatan dunia yang telah Kuberikan, dan menyingkirkan bala’ akhirat sebagaimana Aku telah menyingkirkan bala’ dunia.”

Ketika hamba-Ku membaca: Ar-Ramânir Rahîm, Allah Jalla jalaluh menyatakan: “Hamba-Ku telah bersaksi bahwa Aku Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kalian saksikan, Aku akan melimpahkan rahmat-Ku padanya dan mencurahkan karunia-Ku padanya.”

Ketika hamba-Ku membaca: Maliki yawmiddîn, Allah SWT. menyatakan: Kalian saksikan, sebagaimana ia telah mengakui Aku sebagai Raja pada hari kiamat, Aku akan memberikan kemudahan baginya yaitu amalnya tidak dihisab, dan Aku akan mengampuni semua kesalahannya.”

Ketika hamba-Ku membaca: Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’in, Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Dia hanya memohon pertolongan kepada-Ku dan hanya bersandar kepada-Ku. Kalian saksikan, Aku akan menolongnya dalam segala urusannya, Aku akan melindungi-Nya dalam segala deritanya, dan Aku akan memegang tangannya saat ia membutuhkan pertolongan.”

Ketika hamba-Ku membaca: Ihdinash shirâthal mustaqîm … (sampai akhir surat), Allah Jalla jalaluh menyatakan: Hamba-Ku telah bermohon pada-Ku, Aku pasti mengijabah permohonan hamba-Ku, memberikan apa yang diinginkan, dan menyelamatkannya dari apa yang ditakutkan.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/5)

3. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Fatihah, Allah mengkaruniakan kepadanya pahala sama dengan pahala membaca suluruh ayat yang diturunkan dari langit.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/4)

4. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berakata: “Iblis menangis dan menjerit dalam empat hal: ketika ia dilaknat, ketika ia diturunkan ke bumi, ketika Muhammad diangkat men-jadi Rasul, dan ketika surat Al-Fatihah diturunkan.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/4)

Surat Al-Mulk

Ibnu Abbas berkata: “Pada suatu hari ada seseorang menghampar jubahnya di atas kuburan dan ia tidak tahu bahwa tempat itu adalah kuburan, ia membaca surat Al-Mulk, kemudian ia mendengar suara jeritan dari kuburan itu: Inilah yang menyelamatkan aku. Kemudian kejadian itu diceriterakan kepada Rasulullah saw. Lalu beliau bersabda: Surat Al-Mulk dapat menyelamatkan penghuni kubur dari azab kubur.” (Ad-Da’awat Ar-Rawandi, hlm 279/817; Al-Bihar 82/ 64, 92/313/2, 102/269/

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Surat Al-Mulk adalah penghalang dari siksa kubur, surat ini termaktub di dalam Taurat, barangsiapa yang membacanya di malam hari ia akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan, …Sungguh aku membacanya dalam shalat sunnah sesudah Isya’ dalam keadaan duduk. Ayahku (sa) membacanya pada siang dan malam. Barangsiapa yang membacanya, maka ketika malaikat Munkar dan Nakir akan masuk ke kuburnya dari arah kedua kakinya, kedua kakinya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini berpijak padaku lalu ia membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam; ketika mereka datang kepadanya dari rongganya, rongganya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah menjagaku dengan surat Al-Mulk; ketika mereka datang kepadanya dari arah lisannya, lisannya berkata kepada mereka: kalian tidak ada jalan ke arahku, karena hamba ini telah membaca surat Al-Mulk setiap siang dan malam denganku.” (Al-Kafi 2/233/hadis 2)

Imam Muhammad Al-Baqir (sa): “Bacalah surat Al-Mulk, karena surat ini menjadi penyelamat dari siksa kubur.”

Keutamaan surah rrahman

1. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, Allah akan menyayangi kelemahannya dan meridhai nikmat yang dikaruniakan padanya.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/187).

2. Imam Ja’far Ash-shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi âlâi Rabbikumâ tukadzdzibân’, ia mengucapkan: Lâ bisyay-in min âlâika Rabbî akdzibu (tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).

3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Jangan tinggalkan membaca surat Ar-Rahman, bangunlah malam bersamanya, surat ini tidak menentramkan hati orang-orang munafik, kamu akan menjumpai Tuhannya bersamanya pada hari kiamat, wujudnya seperti wujud manusia yang paling indah, dan baunya paling harum. Pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang berdiri di hadapan Allah yang lebih dekat dengan-Nya daripadanya. Pada saat itu Allah berfirman padanya: Siapakah orang yang sering bangun malam bersamamu saat di dunia dan tekun membacamu. Ia menjawab: Ya Rabbi, fulan bin fulan, lalu wajah mereka menjadi putih, dan ia berkata kepada mereka: Berilah syafaat orang-orang yang mencintai kalian, kemudian mereka memberi syafaat sampai yang terakhir dan tidak ada seorang pun yang tertinggal dari orang-orang yang berhak menerima syafaat mereka. Lalu ia berkata kepada mereka: Masuklah kalian ke surga, dan tinggallah di dalamnya sebagaimana yang kalian inginkan.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).

Keutama’an Surat Al-Waqiah

Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Wâqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” .” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan, dan penyakit dunia; surat ini adalah bagian dari sahabat Amirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewaan yang tidak tertandingi oleh yang lain.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Tsawabul A’mal, halaman 117).

Keutamaan Surat Al-Maidah 3

Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib (sa) dan Kesempurnaan Agama

الْيَوْمَ أَكْمَلْت لَكُمْ دِينَكُمْ وَ أَتمَمْت عَلَيْكُمْ نِعْمَتى وَ رَضِيت لَكُمُ الاسلَمَ دِيناً

“Hari ini Aku sumpurnakan agamamu dan Kulengkapi nikmatku, dan Aku ridha kepadamu Islam sebagai agama.”

Pendapat Ahlul Bait (sa)

Surat Al-Maidah adalah surat yang paling terakhir turun, dan ayat ini adalah ayat yang paling terakhir setelah penyempurnaaan turunnya seluruh yang wajib. (Tafsir Al-Ayyasyi 1: 288; Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1: 582; Al-Kafi 1: 289)

Dalam Tarikh Al-Ya’qubi 2: 43 dikatakan: Sesungguhnya ayat yang paling terakhir turun adalah: Alyawma Akmaltu lakum dinakum wa atmamtu ‘alaykum ni’maî wa radhîtu lakum al-Islâma dînâ.

Pendapat Ahlussunnah yang sesuai dengan Ahlul bait (sa)

1. Durrul Mantsur 2: 252 mengutip riwayat yang bersumber dari Said bin Manshur dan Ibnu Mundzir, dari Abu Maisarah, ia berkata: Surat yang terakhir turun adalah surat Al-Maidah, dan di dalamnya terdapat 17 kewajiban.

2. Al-Mahalli 9: 407 menyebutkan: Kami meriwayatkan Aisyah Ummul mukminin (ra) berkata bahwa surat Al-Maidah adalah surat yang terakhir turun. Riwayat ini juga terdapat dalam jilid 7: 389. Riwayat yang semakna dengan riwayat ini juga terdapat di dalam:

1. Musnad Ahmad 6/188.

2. Sunan Al-Baihaqi 7/172.

3. Thabaqat Al-Hanabilah 1/427.

4. Mustadrak Al-Hakim 2/311. Hadis ini shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim, dan mereka tidak meriwayatkannya.

5. Majma’ Az-Zawaid 1/256.

6. Ad-Durrul Mantsur 2/525: Abu Abid meriwayatkan dari Dhamrah bin Habib dan Athiyah bin Qais, mereka berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Surat Al-Maidah adalah surat yang terakhir turun..”

7. Tafsir At-Tibyan 3/413: Abdullah bin Umar mengatakan, surat yang terakhir turun adalah surat Al-Maidah.

Pendapat yang saling bertentangan

Dalam Al-Itqan 1: 101, As-Suyuthi nampak malu menyebutkan, saking banyaknya pendapat dan riwayat yang saling bertentangan, antara lain:

1. Ayat yang terakhir adalah ayat tentang riba, yakni surat Al-Baqarah: 278.

2. Ayat yang terakhir adalah ayat tentang pembagian warisan, yakni An-Nisa’: 176.

3. Ayat yang terakhir adalah ayat ke 281 surat Al-Baqarah. (juga dalam Mu’jam Al-Kabir

Ath-Thabrani 12: 19).

4. Ayat yang terakhir adalah ayat ke 93 surat An-Nisa’ ( juga dalam Bukhari 5: 182).

5. Ayat yang terakhir adalah ayat 128 surat At-Taubat.

6. Ayat yang terakhir adalah ayat 25 surat Al-Anbiya’.

7. Ayat yang terakhir adalah ayat 110 surat Al-Kahfi.

8. Surat yang terakhir turun adalah surat At-Taubat.

9. Surat yang terakhir turun adalah surat An-Nashr.(juga dalam Shahih Muslim 8: 243)

Mengapa terjadi begitu banyak pendapat yang saling bertentangan?

Ada kisah menarik: Pada suatu hari khalifah Umar bin Khattab ditanyai tentang tafsir ayat riba dan hukum riba, ia tidak tahu dengan mengatakan: “Saya menyesalkan, karena ayat ini turun paling terakhir, dan Nabi saw wafat belum menjelaskannya kepadaku.”

Padahal ayat tentang riba disebut dalam 4 surat: Al-Baqarah: 275-276; surat An-Nisa’: 161; surat Ar-Rum: 39; surat Ali-Imran: 130. Ayat yang mana yang dia tidak bisa menjelaskan dan Rasulullah saw belum menjelaskan?

Dalam Musnadnya 1: 36 Imam Ahmad mengatakan: Said bin Musayyab berkata bahwa Umar bin Khaththab (ra) mengatakan: “Sesungguhnya ayat yang terakhir turun adalah ayat tentang riba, dan Rasulullah saw wafat sebelum menjelaskannya…” Riwayat ini juga disebutkan dalam:

1. Kanzul Ummal 4: 186.

2. Al-Mansuth 2: 51, 12: 114.

Bukhari 5: 115 meriwayatkan bahwa surat yang terakhir turun adalah surat Al-Bara’ah, dan ayat yang terakhir adalah ayat yang terakhir surat An-Nisa’ (Juga dalam jilid 5:185).

As-Suyuthi mengatakan dalam Al-Itqan 1:101: Syaikhan (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan dari Barra’ bin Azib bahwa ayat yang terakhir turun adalah An-Nisa’: ayat terakhir, dan surat yang terakhir adalah surat Al-Bara’ah.

Dalam Shahih Bukhari 6: 242 disebutkan: Umar bin Khattab berbidato di mimbar Rasulullah saw: “Telah turun pengharaman khomer yaitu lima sesuatu: buah anggur, buah kurma, biji gandum (hinthah), biji gandum (syaîr), dan madu…” Lebih rinci dapat kita baca dalam:

1. Shahih Muslim 2: 18; 5: 61; 8: 245.

2. Sunan Ibnu Majah 2: 910.

3. Ad-Durrul Mantsur 2: 249.

4. Mustadrak Al-Hakim 2: 303.

Yang mengherankan mengapa Umar bin Khattab tidak menanyakan kepada Rasulullah saw tentang ayat yang turun terakhir, dan ayat tentang riba sehingga ia tidak paham dan mengatakan bahwa Rasulullah saw belum menjelaskan tentang riba? Yang menarik lagi Umar bin Khattab bingung dan tidak paham tentang hukum waris Kalalah. Anda dapat membacanya secara rinci dalam:

1. Shahih Muslim 5: 61.

2. Ad-Durrul Mantsur 2: 250.

3. Kanzul Ummal 11: 80, hadis ke 30688.

Bagaimana Umar bin Khattab sebagai khalifah tidak mengetahui ayat yang terakhir turun, hukum riba dan hukum waris kalalah? Sehingga berdampak pada generasi berikutnya, terjadi bermacam-macam pendapat yang saling bertentang.

Sebab Turunnya Surat Al-Maidah: 3

Pendapat Ahlu bait (sa)

Ayat ini turun pada hari Kamis 18 Dzul-Hijjah di Juhfah ketika Nabi saw pulang dari haji wada’, ketika Allah memerintahkan kepada beliau agar menghentikan kaum muslimin di Ghadir Khum. Yaitu ketika Nabi saw berkhutbah di hadapan mereka untuk menyampaikan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib s.a (Al-Kafi 1: 289)

Pendapat Ahlussunah yang sesuai dengan Ahlul bait (sa)

Sebagian Mufassir dan Ahli hadis di kalangan Ahlussunnah berpendapat bahwa ayat ini turun di Ghadir Khum sehubungan dengan pengangkatan Imam Ali bin Abi Thalib (sa) sebagai pemimpin pasca Rasulullah saw.

Al-Hafizh Abu Bakar Al-Khathib Al-Baghdadi dalam kitab Tarikhnya 8: 290 meriwayatkan: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali juga pemimpinnya.” Kemudian Umar bin Khattab berkata: Selamat, selamat wahai putera Abu Thalib, engkau telah menjadi pemimpinku dan pemimpin semua orang-orang mukmin. Kemudian turunlah ayat: Alyawma akmaltu lakum dînakum…(Al-Maidah: 3)

Hadis dan riwayat yang semakna dengan hadis tersebut terdapat juga dalam:

1. Ad-Durrul Mantsur 2/259.

2. Syawahid At-Tanzil Al-Haskani, jilid 1 halaman 157, hadis 211, 212, 213, 214, 215, 250, cetakan pertama, Bairut.

3. Tarikh Damsyiq 2/73, Ibnu Asakir, hadis ke 575, 576, 578, 585, cetakan pertama, Bairut.

4. Tarikh Baghdad 8/259, Al-Khathib Al-Baghdadi.

Lebih rinci dapat Anda membacanya dalam bab tentang hadis Al-Ghadir.

Pendapat ketiga

1. Shahih Bukhari 1: 16: Umar bin Khattab mengatakan ayat ini turun pada hari Arafah, hari Jum’at dalam haji wada’. (juga dalam jilid 5:127 dan jilid 8: 137).

2. Sunan An-Nasa’i 5: 251: Dari Umar bin Khattab, ayat ini turun pada hari Arafah, hari Kamis, dalam haji wada’.

Mengapa Umar bin Khattab menyampaikan informasi penting ini berbeda-beda dan bermacam-macam? Satu sisi ia mengatakan ayat yang terakhir turun ayat tentang kalalah, ayat hukum waris, dan lainnnya, sehingga ayat ini turun sebelum ayat-ayat tersebut. Sisi yang lain ia mengatakan agama menjadi sempurna setelah ayat ini turun, tidak ada lagi hukum Islam yang turun sesudahnya.

KEUTAMAAN SURAT YASIIN

1. Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Yasin karena Allah Azza wa Jalla, Allah akan mengampuni dosanya dan memberinya pahala seperti membaca Al-Qur’an dua belas kali. Jika surat Yasin dibacakan di dekat orang yang sedang sakit, Allah menurunkan untuknya setiap satu huruf sepuluh malaikat. Para malaikat itu berdiri dan berbaris di depannya, memohonkan ampunan untuknya, menyaksikan saat ruhnya dicabut, mengantarkan jezanahnya, bershalawat untuknya, menyaksikan saat penguburannya. Jika surat ini dibacakan saat sakaratul maut atau menjelang sakaratul maut, maka datanglah padanya malaikat Ridhwan penjaga surga dengan membawa minuman dari surga, kemudian meminumkan padanya saat ia masih berada di ranjangnya, setelah minum ia mati dalam keadaan tidak haus, sehingga ia tidak membutuhkan telaga para nabi sampai masuk ke surga dalam keadaan tidak haus.” (Tafsir Nur Ats-tsaqalayn 4/372).

2. Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi pekuburan lalu membaca surat Yasin, maka pada hari itu Allah meringankan siksaan mereka, dan bagi yang membacanya mendapat kebaikan sejumlah penghuni kubur di pekuburan itu.” (Tafsir Nur Ats-tsaqalayn 4/373).

3. Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): “Sesungguhnya setiap sesuatu mempunyai hati, dan hati Al-Qur’an adalah surat Yasin. Barangsiapa yang membacanya sebelum tidur atau di siang hari sebelum bepergian, maka hari itu sampai sore hari ia tergolong pada orang-orang yang terjaga dan dikaruniai rizki. Barangsiapa yang membaca di malam hari sebelum tidur, Allah mengutus seribu malaikat untuk menjaganya dari keburukan semua setan yang terkutuk dan dari setiap penyakit; jika ia mati pada hari itu, Allah akan memasukkannya ke surga, tiga ribu malaikat hadir untuk memandikannya, memohonkan ampunan untuknya, mengantarkan ke kuburnya sambil memohonkan ampunan untuknya; ketika ia dimasukkan ke liang lahatnya para malaikat itu beribadah kepada Allah di dalam liang lahatnya dan pahalanya dihadiahkan kepadanya, kuburan-nya diluaskan sejauh batas pandang, diamankan dari siksa kubur, dan dipancarkan ke dalam kuburnya cahaya dari langit sampai Allah membangkitkannya dari kuburnya…” (Kitab Tsawabul A’mal, hlm 111).

KEUTAMA’AN SURAT YUSUF

Rasulullah saw bersabda:

“Ajarkan surat Yusuf pada budak-budakmu, karena seorang muslim yang membaca dan mengajarkannya pada keluarga dan budaknya, Allah akan memberi kemudahan saat sakratul mautnya dan memberinya kekuatan agar sebagai seoramg muslim tidak dihasud.” (Tafsir Majmu’ul Bayan)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:

“Barangsiapa yang membaca surat Yusuf setiap hari dan setiap malam, ia akan dibangkitkan pada hari kiamat keindahan wajahnya seperti keindahan Yusuf, tidak ditimpa azab besar pada hari kiamat, dan ia termasuk ke dalam hamba-hamba Allah yang sholeh dan pilihan.” Beliau juga mengatakan bahwa penyataan ini juga termaktub di dalam kitab Taurat. (Tafsir Ats-Tsaqalayn 2: 408)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:

“Janganlah kamu mengajarkan surat Yusuf kepada isterimu (juga anak perempuanmu), dan janganlah mereka membacanya, karena di dalamnya terdapat fitnah. Ajarkan pada mereka (isteri anak perempuan) surat An-Nur, karena di dalamnya terdapat nasehat-nasehat.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 2: 408)

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:

“Makruh hukumnya bagi perempuan mempelajari surat Yusuf.” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 2: 408)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata bahwa anaknya (sa) pernah berkata: “Demi Allah, aku tidak melakukan pada sebagian anakku, mendudukkan pada pangkuanku, dan tidak pernah pilih kasih, walaupun kebenaran berada pada seorang anakku dan sebagian yang lain menolaknya. Hal ini agar tidak terjadi seperti perlakuan saudaranya pada Yusuf. Surat Yusuf tidak diturunkan kecuali seperti itu agar sebagian kita tidak menghasud sebagian yang lain seperti Yusuf dihasud dan dizalimi oleh saudaranya…” (Tafsir Ats-Tsaqalayn 2: 408).

Surat Al-Ahzab: 33

Allah swt menegaskan dalam firman-Nya yang mulia:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِب عَنكمُ الرِّجْس أَهْلَ الْبَيْتِ وَ يُطهِّرَكمْ تَطهِيراً

“Sungguh tiada lain Allah berkehendak menjaga kamu dari dosa-dosa hai Ahlul bait dan mensucikan kamu dengan sesuci-sucinya.” (Al-Ahzab/33: 33)

Surat Al-Ahzab: 33 merupakan ayat menegasan tentang kesucian Ahlul bait Nabi saw. Lalu siapakah Ahlul bait Nabi saw itu? Jawabannya ada tiga pendapat.

Pendapat pertama:

Ayat ini khusus untuk: Nabi saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (as).

Pendapat ini berdasarkan hadis shahih yang bersumber dari Aisyah, Ummu Salamah, Abu Said Al-Khudri, Anas bin Malik dan lainnya bahwa ayat ini turun hanya untuk lima orang: Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (as).

Dalam Tafsir Ad-Durrul Mantsur jilid 5 halaman 198 dan 199:

Jalaluddin As-Suyuthi berkata bahwa Ummu Salamah berkata: Ayat ini turun di rumahku, dan di rumahku ada tujuh: Jibril dan Mikail (as), Ali, Fatimah, Hasan dan Husein (ra), sementara aku ada di pintu rumahku. Kemudian aku berkata: Ya Rasulallah, bukankah aku termasuk ke dalam Ahlul baitmu? Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya kamu adalah orang yang baik, kamu termasuk ke dalam golongan isteri-isteri Nabi (bukan Ahlul bait Nabi saw).”

Abu Said Al-Khudri berkata: Ketika Ummu Salamah Ummul mukminin (ra) berada di rumahnya, turunlah malaikat Jibril kepada Rasulullah saw membawa ayat ini (ayat Tathhir). Kemudian Rasulullah saw memanggil Hasan dan Husein, Fatimah dan Ali (as) lalu beliau menghimpun mereka, menghampar kain untuk mereka, dan melarang Ummu Salamah berhimpun bersama mereka. Kemudian beliau bersabda: Ya Allah, mereka inilah Ahlul baitku, jagalah mereka dari dosa-dosa dan sucikan mereka dengan sesuci-sucinya.”

Lalu Ummu Salamah (ra) berkata: Wahai Nabi Allah, aku bersama mereka? Rasulullah saw bersabda: “Kamu berada dalam kedudukanmu dan kamu adalah orang yang baik.”

Dalam Shahih Muslim, Shahih At-Tirmidzi, Shahih An-Nasa’i, Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Bazzar, Musnad Abd bin Humaid, Mustadrak Al-Hakim, Talkhish Al-Mustadrak Adz-Dzahabi, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Ad-Durrul Mantsur menyebutkan bahwa:

Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Jabir Al-Anshari, Sa’d bin Abi Waqqash, Zaid bin Arqam, Ummu Salamah, Aisyah, dan sebagian sahabat yang lain mengatakan: ketika ayat ini turun kepada Rasulullah saw, beliau mengumpulkan keluarganya yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husein, dan beliau memayungi mereka dengan kain kisa’ sambil bersabda:

اَللَّهُمَّ هَؤُلاَء أَهْلُ بَيْتِي

“Ya Allah, mereka inilah Ahlul baitku.”

Dalam Shahih At-Tirmidzi 2/319, hadis ke 3871, bab 61:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar